Langsung ke konten utama

Puisi-Puisi Ahmad Latiful Ansori;Kekuatan Cinta Gusdur

KEKUATAN CINTA GUSDUR
Oleh : Ahmad Latiful Ansori

Duhai Gusdur
Aku tahu di balik candamu yang ceria
Tersembunyi luka yang sangat dalam
Luka yang tak akan pernah hilang saat seseorang berusaha menghunus mahkotamu

Aku tahu
Engkau tidak pernah mengharapkan mahkota itu
Engkau hanya sedih saat kasihmu harus di balas dengan pedih

Engkau memang tak punya musuh
Tetapi serigala serigala itu telah haus kekuasaan
Tak ada lagi yang bisa mereka cengkeram
Selain merobek dan menyasap baju yang engkau kenakan
Mereka memang biadab
Membiarkanmu keluar tanpa sehelai sampur

Duhai gusdur
Mendengarkan kabar itu
Bangsa ini tak pernah malu memilikimu
Seraut wajahmu
Melintas jelas bersama terpaan sang bayu
Mengingatkan kami, bahwa kami masih rindu
Masih menyisakan rindu oleh sosokmu

Duhai guru
Mungkin ini memang sudah seharusnya terjadi
Engkau kembali pada yang maha mengasihi

Kasihmu pada bangsa ini mampu membuat kami melihat dalam gelap
Ragamu yang terpisah dari bangsa ini
Tapi naluri cintamu telah berhasil menyatukan bangsa ini
Hembusan nafas yang pernah ada
Telah menghidupkan cinta di bangsa ini

Duhai guru
Terimakasih atas kekuatan cintamu
Yang telah membuat kami melebur dalam satu

Yogyakarta, 1 Januari 2018


MELIHAT TANPA MATA
Oleh : Ahmad Latiful Ansori

Saat itu usiaku memang masih kecil
Namun, aku bisa menyaksikan dengan jelas
Seorang laki-laki yang di maki tak punya mata
Aku masih ingat, seorang dengan kencang berteriak
Dia itu buta, tak punya mata
Kini aku telah tumbuh dewasa
Sekarang, aku tahu siapa dia
Dia yang dulu di hina karena tak punya mata
Bagiku, matanya memang terpejam
Tak bisa melihat apa yang biasa kita lihat
Tapi nyatanya, ia telah melihat
Ia telah melihat apa yang biasa kita lihat
Ia telah melihat lebih jauh dari apa yang kita lihat
Memandang lebih tajam, dari kami yang telah melihat ribuan jam
Menyaksikan aneka kemungkaran, yang tak pernah kami pikirkan
Mata kami terbuka lebar, namun sayang penglihatan kami buyar
Kami tak bisa melihat, sejauh dirinya melihat
Apa yang ia lihat adalah sebuah kehangatan bagi bangsa
Tanpa mata, ia mampu melihat dan mengikat perbedaan
Mempererat persatuan bangsa ini, tanpa bertanya “agamamu apa?”
Bukan mata yang bisa melihat namun mata air yang bercucuran yang ia punya
Menyejukkan siapa saja yang memandangnya
Melarutkan berbagai permasalahan kehidupan dalam sebuah kehangatan
Yang tak pernah bisa di selesaikan oleh kami yang telah lama di beri penglihatan
Ia hadir sebagai seorang guru
Guru yang mampu melihat dengan hati yang sangat agung
Gusdur....
Sang guru dalam gelap
Memijakkan kaki tanpa meraba ataupun merayap
Ia memang tak melihat, namun ia telah membuat bangsa ini selamat

Yogyakarta, 20 Januari 2018


SEMENJAK KAMU PERGI
Oleh : Ahmad Latiful Ansori

Dahulu
Hari demi hari bersamamu ku lewati
Melihatmu seperti melihat bunga bermekaran
Senyummu tak semanis madunya bunga mawar

Kini dirimu telah pergi
Jauh di hilir yang tak lagi bisaku lihat

Senyum yang dulu menyapa di setiap pagi
Tak lagi ada untuk menyejukkan hati
Kini tinggallah aku seorang diri
Seorang pujangga yang rindu mahkota hati

Semenjak engkau pergi
Semesta ini terasa sunyi

Di malam tidurku yang panjang
Dirimu menjelma dalam setiap lamunan
Menyelinap kedalam kepalaku
Merasuk kedalam pikiran yang kelabu

Setiap pagiku yang bersinar
Aku berhalusinasi
Bahwa kicauan burung adalah jelmaanmu
Mekarnya bunga adalah senyummu
Hembusan jumantara adalah hembusan cinta
Yang selama ini kurasakan ketika bersamamu

Duhai kekasihku
Entah sampai kapan jiwa ini akan gelisah memikirkanmu
Tanpa aku sadari, aku telah gila karena rindu


Yogyakarta, 2 Januari 2018


Tentang Penulis
 C:\Users\lenovo\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\Foto Diri.jpg
Ahmad Latiful Ansori, lahir di Grobogan, Jawa Tengah, pada 5 Mei 1998. Saat ini, ia menempuh pendidikan S1 di Universtas Islam Indonesia, Yogyakarta. Ia tinggal di Dusun Kimpulan RT 01 RW 01 Desa Umbulmartani Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman Provinsi Daerah istimewa yogyakarta. Sedari duduk di bangku Sekolah Dasar, ia sangat suka menulis, kegiatannya tak lepas dari buku dan pena. Semasa kuliah berbagai kompetisi ia ikuti, dan tak jarang ia masuk sebagai finalis bahkan sebagai pemenang. Jika ada kritik dan saran bisa menghubunginya melalui nomor hp beliau yakni 085876697670.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-Puisi Ulfah Nur Rizki;Pria Berlesung Pipi

Raja iblis Karya : Ulfah Nur Rizki Manusia menyayat, menjadikan sayatan luka itu berkeping-keping Dan kau akan merasakan, menemui yang lebih kejam dari sang penghuni hutan Yang membakar, dan menghanguskannya dalam bara api yang takkan padam Dengan menenteng kedua tangannya, bagai raja yang bengis dan serakah Banyak orang terkapar berlalu lalang yang meneteskan darah dalam sembilu perasaan Isak tangis mewarnainya, dalam kepiluan yang bertumpuk Ujian bukan palang, bagai ulat yang memakan habis daun Bertubuh kecil, namun suaranya keras, yang menggentarkannya dalam ruang kosong Mulutnya berkomat-kamit, mencaci maki habis-habisan rakyatnya Tak peduli dengan deritanya, ia bersorak sorai seakan menertawai Raja yang tak adil, bagai bangkai tikus yang menyesakkan Ingin rasanya aku pulang, menemukan raja baru yang perwira dan gagah Ah,aku tak habis berpikir! Aku terkubur dan terpenjara bagai didalam dunia neraka Seharusnya bukan aku, tapi dia sang raja yang bertopeng iblis Tak...

Puisi-Puisi Hidayatullah;Biarkan

BIARKAN Oleh : Hidayatullah Tak apa kalau aku terus dihina Tak apa kalau hidupku penuh duka nestapa Biarkan saja.....Kau tak perlu berbuat apa apa Biarkanlah mereka terus menyakitiku Dan mengusik hidupku Biarkan mereka menambah pengalaman pahitku Bukankah dengan begitu aku dapat mengenal manis Dengan usaha susah payah Dan melewati jalan terjal Dengan jurang dikedua sisinya Biarkan mereka menebar duri di jalan itu Hingga menusuk kedua kakiku Bukankah itu dapat membuatku sadar Betapa kerasnya perjuangan hidup ini Ah sudah....sudah cukup Aku takkan membiarkanmu lagi Apakah kau pikir aku kan terus berdiam diri ? Oh tidak.....kau sudah membuat kesalahan besar Ingat saja..... Suatu saat dengan keberhasilanku Maka kau akan terbunuh Saat itulah aku kan tersenyum Untuk menguburkan pemikiranmu Nagan Raya, 10 April 2018                        NEGERIKU Oleh : Hidayatullah Inilah rumahku Negeri dengan seju...