Langsung ke konten utama

Puisi-Puisi Ulfah Nur Rizki;Pria Berlesung Pipi

Raja iblis
Karya : Ulfah Nur Rizki

Manusia menyayat, menjadikan sayatan luka itu berkeping-keping
Dan kau akan merasakan, menemui yang lebih kejam dari sang penghuni hutan
Yang membakar, dan menghanguskannya dalam bara api yang takkan padam
Dengan menenteng kedua tangannya, bagai raja yang bengis dan serakah
Banyak orang terkapar berlalu lalang yang meneteskan darah dalam sembilu perasaan
Isak tangis mewarnainya, dalam kepiluan yang bertumpuk

Ujian bukan palang, bagai ulat yang memakan habis daun
Bertubuh kecil, namun suaranya keras, yang menggentarkannya dalam ruang kosong
Mulutnya berkomat-kamit, mencaci maki habis-habisan rakyatnya
Tak peduli dengan deritanya, ia bersorak sorai seakan menertawai
Raja yang tak adil, bagai bangkai tikus yang menyesakkan
Ingin rasanya aku pulang, menemukan raja baru yang perwira dan gagah
Ah,aku tak habis berpikir!
Aku terkubur dan terpenjara bagai didalam dunia neraka
Seharusnya bukan aku, tapi dia sang raja yang bertopeng iblis
Tak bisa mengelak, apakah aku harus menerimanya?
Atau membakarnya dalam tumpukan besi yang panas?

Brebes, 1 Mei 2018


Pria berlesung pipi
Ulfah Nur Rizki

Senja pagi yang tersenyum menghangatkan hati
Membawanya dalam gembira yang berbingkai
Biola yang menggesek merdu, membawa irama senandung  bernyanyi

Mata berbinar, detakan jantung berdegup kencang
Menatapnya indah dalam lautan asmara
Pria yang berdiri disebrang jalan,
Pria tampan yang berbaju kotak-kotak

Tubuhnya tegap, membuatku menatapnya dengan tatapan serius
Terhuyung-huyung langkahnya,
Seakan aku bermimpi aku bagai sang ratu yang menemaninya
Jejaknya menguntai disetiap alunan perasaanku
Siapakah dia?
Sayup-sayup nada lirih memperhatikan  jejak langkah kakinya
Inikah cinta? Apakah hanya perasaanku saja yang terlalu berharap?

Brebes, 1 Mei 2018


Sebelas dua belas tiga belas
Karya : Ulfah Nur Rizki

Sebelas dua belas tiga belas
Detik-detik yang menumpuk dalam kisah yang bertepi
Diatas rindu, dibawah rasa
Tahu-tahu aku tak merasakan lagi dalam pengapnya gubuk pilu

Sebelas dua belas tiga belas
Sebait dari kata yang beralas, beralaskan dalam rindu yang memelas
Dua pukul lima belas
Diujung jalan kota tua, menyambut dunia dengan helaian sisa udara yang membias
Tiga belas pukul tiga belas
Sekumpulan hati yang menggagas , menjadikannya dalam detak perasaan yang cemas
Sebelas dua belas tiga belas
Dalam memoar masa lalu yang membekas, kesedihan yang mengupas

Sebelas dua belas tiga belas
Cepatlah kau pergi, raga ini menolak karena sesak tangis yang terhempas
Aku membencimu, bukan mencintaimu
Sebelas dua belas tiga belas
Kisahku yang melintas, dalam cinta yang beruas-ruas
Kau menikamku dengan tangkas, menapak dan menjadikanku kisah yang kandas
Pelakor! Pelakor!
Kau bagai penghuni hutan yang angas,
Mencekik dan memakan korbannya dengan tumpas dan tandas

Brebes, 1 Mei 2018


Biodata Penulis
C:\Users\lutfy\Documents\PhotoGrid_1512185369570.jpg
Nama saya adalah Ulfah Nur Rizki, yang memiliki hobi menulis dan membaca puisi. Saya bertempat tinggal di Brebes, Jawa Tengah. Saya juga adalah mahasiswa di Universitas Muhadi Setiabudi, mengambil jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-Puisi Ahmad Latiful Ansori;Kekuatan Cinta Gusdur

KEKUATAN CINTA GUSDUR Oleh : Ahmad Latiful Ansori Duhai Gusdur Aku tahu di balik candamu yang ceria Tersembunyi luka yang sangat dalam Luka yang tak akan pernah hilang saat seseorang berusaha menghunus mahkotamu Aku tahu Engkau tidak pernah mengharapkan mahkota itu Engkau hanya sedih saat kasihmu harus di balas dengan pedih Engkau memang tak punya musuh Tetapi serigala serigala itu telah haus kekuasaan Tak ada lagi yang bisa mereka cengkeram Selain merobek dan menyasap baju yang engkau kenakan Mereka memang biadab Membiarkanmu keluar tanpa sehelai sampur Duhai gusdur Mendengarkan kabar itu Bangsa ini tak pernah malu memilikimu Seraut wajahmu Melintas jelas bersama terpaan sang bayu Mengingatkan kami, bahwa kami masih rindu Masih menyisakan rindu oleh sosokmu Duhai guru Mungkin ini memang sudah seharusnya terjadi Engkau kembali pada yang maha mengasihi Kasihmu pada bangsa ini mampu membuat kami melihat dalam gelap Ragamu yang terpisah dari bangsa ini Ta...

Puisi-Puisi Nasywa Fauzia Zahro;Dunia

Ulangi Kesalahanmu Karya : Nasywa Fauzia Zahro Ulangi Kesalahanmu... Supaya kami selalu berhati-hati Berusaha rajin, gigih, dan berani Untuk menyempurnakan kekurangan diri Membangun sosial ekonomi yang kokoh dan mandiri Kami tak mengharap pertolonganmu Yang ada udangnya di balik batu Ulangi kesalahanmu... Supaya kami senantiasa mencari-cari Ilmu dan pengalaman Tak lama lagi Kamilah pencipta keajaiban Ilmu dan teknologi Kami tak menginginkan bantuanmu Ulangi kesalahanmu... Sembunyikan penemuanmu Kini kami telah bersedia menandingimu Wahai yang merasa berkuasa besar Yang kerdil perikemanusiaan Tulungagung, 29 April 2018 Takdir Karya : Nasywa Fauzia Zahro Coba kau renungkan Puing-puing penderitaan hidup Sebuah persinggahan sementara Mengajar kita arti ketabahan Coba kau teliti Jeritan tangisan hati Jangan disenandungkan lagi Karena kesedihan itu Tak akan mengubah Nasib perjalanan waktu Coba kau baca Secebis iman di dada Adalah pertaruhan yang nya...