Oleh : Abid Alhikam
Mempan deklamasi pediatri kangen menular tukas lumrah
Kecoh onomatologi harapan juangkan cerah raga halusinasi
Lemas maskulin ratapan melambai prognosa semboyan tanya
Sempit perisai kegagalan tak haluankan kedipan benjolan optimis
Seringai permata teratologi usaha hempaskan keriputnya lamunan
Keheningan cahaya baku memberangus tiupan indikasi penyesalan
Mengenalmu dan cukup mengenalmu
Melupakanmu dan cukup melupakanmu
Mengingatmu tak cukup mengingatmu
Mengenangmu tak cukup mengenangmu
Ataukah rintik-rintik urgensi selaput rindu memenggal kita menganyam stereo waktu ?
Bagaimana aku tak berlari menggenggam leksikon asmara notasi menertawai ?
Kabut determinasi kabar darimu seakan tak terujung pada museum permadani statistik risau
Lubernya justisi garansi pahit iringan sembilu terpecah membalut variabel cinta kita
Aku mengalah seolah berhenti mencari visum ompong mencerna di belakang kita
Aku mengalah
Malang, 22 April 2018
STIMULASI BAHAGIA
Oleh : Abid Alhikam
Dawai naluri telukup simpang rasa berjalan memaki tuas lunglai relativitas hati
Serindit jurus pengertian memahami, menemani, meluapkan elaborasi kemantapan
Duta nestapa ornamen benci tak luntur riakkan dedaunan medan histori keraguan
Masih mencari catatan protokol induk resapkan wejangan sunyi mentari kekosongan
Tabuh kaget gelisah hanya menutupi imbuhan selaksa lingkaran sakramen pelita rindu
Aku tak menyerah mendapati diriku menganyam gejolak tembolok superior hambatan
Prihatin leksikon resah masih bungkuk berani meneriakiku, mencemoohku, menamparku
Kongres premium kesedihan masih bertapa menertawaiku, menghinaku, membakarku
Aku terharu dengan impian isolasi genggam aral mendatar itu
Aku terpukau dengan hijaunya selir rasa tabir pasrah itu
Bukan nahkoda hari pikulkan gerombolan kebencian
Bukan susut murung implikasi kesenangan hembuskan lega
Bukan semburat seminar reaksi kaget jauhkan simpati
Bukan padat bunga prakarsa stimulasi bahagia kedipkan janji
Malang, 22 April 2018
DIARE WAKTU
Oleh : Abid Alhikam
Manuver kesalahan begejolak paksa titipkan diare waktu
Lacut kembali bara hangatkan sayap sensasi kehausan tamak
Kita menghasut untuk kepentingan kita sendiri
Kita mengadu domba untuk keinginan kita sendiri
Kita menyebar kebencian untuk kesenangan kita sendiri
Kita menyuarakan kebohongan untuk hasrat kita sendiri
Kita memfitnah sana-sini untuk kepuasan kita sendiri
Inti yang mencari
Mencari inti yang dicari
Inti yang membaca
Membaca inti yang dibaca
Inti yang memaksa
Memaksa inti yang dipaksa
Inti yang menegur
Menegur inti yang ditegur
Kita hanya berputar-putar
Kita hanya bermain-main
Akankah unifikasi semilyar toleransi membumi memahat indah kerukunan pada perbedaan?
Malang, 22 April 2018
TENTANG PENULIS
Abid Alhikam, lahir di Malang, pada 5 Oktober 1988. Prestasinya di bidang puisi adalah sebagai terbaik ke-6 dalam event karya cipta puisi bertema “Kehilangan” yang diselenggarakan oleh Komunitas Gemar berkarya pada tanggal 7 September – 4 Oktober 2016. Penulis juga pernah meraih juara 1 pada lomba menulis puisi tingkat nasional yang diselenggarakan oleh CV Saweu Pena Publisher pada tanggal 16 September – 18 Oktober 2016. Satu-satunya buku antologi puisinya adalah berjudul Mazbalah (Aksara Aurora Media-2017). Juga satu novel berjudul Zubalah (Ellunar-2017).
Komentar
Posting Komentar