Langsung ke konten utama

Puisi-Puisi Desi Ariani; Bingkai Kisah Kehidupan

AIR MATA SURGA
BY : DESI ARIANI

Ku bersimpuh
Meneteskan air mata
Di sajadah suci ini
Atas semua salah dan khilaf
Ya Illahi rabbi…
Jiwa ini kosong tanpa kasih-Mu
Beban pundak pun semakin mengarung
Rasa tundukku pada-Mu
Ayah, Ibu dan Tuhan
Di kedua mata itu masih kulihat
Ada secercah senyum
Di wajah Ayah dan Di bawah tapak Ibu..
Ada surga yang menantimu
Dulu kecil mungil Ku dilahirkan di dunia
Ibu menahan sakit saat nyawa di pertaruhkan
Menahan perih saat langkah tertatih
Embun di matanya masih bersinar senyum tersungging
Di balik wajahnya yang sendu mencoba menata hati yang 
begitu rapuh nan pilu
Aku meringis
Luka hati terasa sembilu
Mengingat semua dosa-dosa
Sucikan hati dan jiwa ini
Bersama tetesan air mata, rintihan suci, rafalan doa
Ku tengadahkan doa dimalam suci nan sunyi ini
Untuk mengharap surga dari-Mu


POTRET KEHIDUPAN
BY : DESI ARIANI

Potret Manusia-manusia dan lalulalang kehidupan
Alam bebas indah, sawah, ladang, gunung, lembah dan sungai tinggi menjuntai
Indah di pandang mata bagai bertumbukan dalam tumpukan buku berdebu
Matanya menatap ragu, lemah dan lusuh pandangi
Masa kelabu, jauh diatas cita-cita lusuh
Disini, Aku Kamu  Kita pernah berjuang
Bersama memacu alur kehidupan
Hidup bagai ilusi semesta berputar sambil menari 
Merajut asa dan harapan
Riuh potret masa silam berebut kenangan di Kota waktu
Yang berwujud kembali
Mata ragu menatap dinding – dinding kosong
Seakan ingin melawan alur 
Potret-potret kembali ragu
Berdiri sejajar rapi seolah tersenyum 
            Hidup dalam tumpukan buku menjadi tak 
                                                            menentu
Dihimpit waktu siap berlalu


BINGKAI KISAH KEHIDUPAN
BY : DESI ARIANI

Kisah- kisah hidup terukir
Di kolom kisah kehidupan ini
Kutulis deretan kisah yang mengharu biru
Di hempasan pena dan coretan kertas putih
Manusia berlalulalang seperti semut semut kecil
Ketika berjalan bisa di hempas bagai angina yang 
berlalu begitu saja
Tak seperti sederetan kurcaci kurcaci kecil
Sama kecil tetapi tak serupa
Hingga di kemudian malam sunyi pun tiba
Gemericik air kehidupan beriak
Membangunkan manusia manusia yang berada di kamar mimpi
Mendekap tajam di ujung pendengaran dan kedua mata yang sendu
Lolongan anjing pun bersahut sahtan di kala malam
Ayam pun ikut berkokok bersahut sahutan 
Kala fajar mulai tiba manusia sibuk dengan fragmen 
kehidupannya sendiri
Menerjang ombak di kala badai
Mengais sesuap nasi demi kehidupan
Tetapi bagi Manusia yang tak berucap syukur
Murka Tuhan pun tak ridha
Sebongkah kisah hidup meluas bak samudra berderai kabut putih di kala tanah meluluh 
lantahkan bumi. 

Biodata
I:\SCAN\DESI_PAS PHOTO.jpgDesi Ariani, lahir di Bengkulu, 16  Desember 1993. Penyuka warna biru dan coklat ini mempunyai kegemaran menulis dan membaca. Terlahir dari Keluarga sederhana yang berprofesi sebagai Guru. Ia tinggal di Hibrida X ujung Rt 32 N0 16 Rw 02 Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu. 
Email :  Desiariani49@yahoo.com
Facebook :  Desii ariianii
IG :  Desi Ariani
No Hp /WA : 082376688292

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-Puisi Fatimatus Sya'diah;Bagiku Kamu

Antara Ada Dan Tiada Penulis: Fatimatus sya'diah Sejenak garis tipis itu mulai membentuk, Menyeringai tanpa mengerti Mungkin sebab tak lagi mau dicari, Berhenti mencaci tentang rasanya yang tak diyakini. Memilah gengsi dari rangkaian rasa dihati Untuk keberanian yang kau cipta dalam untaian kata, Yang kucerca dgn kata tanpa terduga Untuk perhatian yang kau tuang dalam secangkir kopi, Yang membuatku seketika merasa percaya akan hati Untuk tawa pengertian yang kau sajikan dalam ketenangan Yang membuatku k esal akan tatapan Untuk rela menjadi telinga dalam tiap suara, Yang seketika hadirkan rasa yang tiada dalam kamus rasa Terima kasih, Untuk rasa yang tak pernah terbaca walau selalu dirasa Pekanbaru, 28 April 2018 Sama Dengan Payah Penulis: Fatimatus sya’diah Ketika kata menjadi fatamorgana Hilang dalam rasa Ingin sampaikan makna namun samar dalam oase lara Masih sama dalam asa Meski memudar dalam raga Masih dengan gerutu sang pendusta Walau t...

Puisi-Puisi Nasywa Fauzia Zahro;Dunia

Ulangi Kesalahanmu Karya : Nasywa Fauzia Zahro Ulangi Kesalahanmu... Supaya kami selalu berhati-hati Berusaha rajin, gigih, dan berani Untuk menyempurnakan kekurangan diri Membangun sosial ekonomi yang kokoh dan mandiri Kami tak mengharap pertolonganmu Yang ada udangnya di balik batu Ulangi kesalahanmu... Supaya kami senantiasa mencari-cari Ilmu dan pengalaman Tak lama lagi Kamilah pencipta keajaiban Ilmu dan teknologi Kami tak menginginkan bantuanmu Ulangi kesalahanmu... Sembunyikan penemuanmu Kini kami telah bersedia menandingimu Wahai yang merasa berkuasa besar Yang kerdil perikemanusiaan Tulungagung, 29 April 2018 Takdir Karya : Nasywa Fauzia Zahro Coba kau renungkan Puing-puing penderitaan hidup Sebuah persinggahan sementara Mengajar kita arti ketabahan Coba kau teliti Jeritan tangisan hati Jangan disenandungkan lagi Karena kesedihan itu Tak akan mengubah Nasib perjalanan waktu Coba kau baca Secebis iman di dada Adalah pertaruhan yang nya...

Puisi-Puisi Hanifa;Surat Untuk Pahlawan

“Sepotong episode kenangan” Penulis Hanifa Di bangku sekolah itu ada sepotong kenangan Yang tak akan pernah ku lupakan Di situ ada cerita aku dan kau Di temani lirihnya perjuangan Menjajaki getirnya asa menggapai cita Detik-detik yang terlalui begitu terasa cepat Di penghujung masa seragam abu-abu ku Aku tak tau dan tak mau memaknai apa yang kurasa Semua terasa sakit untuk berpisah Ada sebuah kata kenyamanan saat bercanda tawa dengan mu Tapi kenyataannya waktu itu akan pergi Saat malam menjemput senja Tuhan.. Aku jatuh cinta…. Pada saat sisa-sisa kenangan masa seragam abu-abuku Tapi? Aku hanya bisa memendam cinta ini Tanpa seorang pun tau,kecuali Engkau.. Bahkan aku pun tak membiarkan burung yang sering menyapaku tak ingin aku dia tau.. Bahwa aku sedang jatuh cinta padanya… Salahkah aku jatuh cinta? Salahkah aku yang memendam rasa? Berdosakah bila rasa ini aku ungkapkan dahulu? Sedangkan saat  ini aku berjuang untuk menepis rasa ini Wahai Rabb…aku tidak i...