Langsung ke konten utama

Puisi-Puisi Dhimas Melvien Pramudya;Cerita Hening

TERTAWAKAN KISAH LARA
Dhimasmp

Kau jatuhkan air mata yang jernih tak berasa
Yang menjelma sebagai titisan duka lara
Bersama hangatnya jiwa yang terasa membahana
Mengalir bukan magma namun panas di dada

Hapus raut wajah pucat sendu di hari-hari lusa
Yang tercetak nyata gurat garis kecewa
Tak perduli sakit hati yang kian datang mendera
Atau rayuan manja godaan sang nestapa

Itu semua hanya olokan sisi gelap sebuah dunia
Yang kehadirannya bagai selendang kabut yang menutup pandangan mata
Hapuskan saja memori jiwa yang kronis di kepala
Tak usah hiraukan hari tanggal yang merah menghampa
Sungging senyum lalu kita tertawa bersama
Buat dia menunduk lesu tak berdaya

Batang, 31 Maret 2018


MIMPI SETIAP JANJI SUCI
Dhimasmp

Janji suci bukan melulu soal ikrar yang harus dimiliki
Bukan soal perkara permberian perhiasan berbentuk hati
Ataupun kecupan kening kepada pengisi hati
Bahkan bukan lagi sekedar perkataan cinta yang terlalu dini

Ibarat bayi yang belum punya gigi
Kalau tak bisa makan nasi apa boleh jadi
Kalau kau berjanji coba lihat matahari
Ia selalu terbit dan tenggelam walau kadang tak dicermati

Kalau belum bisa berjanji jangan melisani
Karena janji bukan sebotol parfum yang wangi
Yang digunakan hanya untuk menutupi semerbak aroma diri
Janji juga bukan hanya soal lembaran kertas yang mungkin setiap saat harus diberi
Bukan juga sebuah sajian mewah yang terhidang dihari pagi
Bukan juga sebuah remah rempah yang tak mengenakan santapan disetiap hari

Janji suci adalah perkara dimana keduanya dapat saling melengkapi
Saat sang lelaki mampu memasrahkan sebuah rusuk untuk yang dicintai
Saat sang wanita mampu melindungi hati dengan rusuk pemberian tadi
Saat sang lelaki mampu memberikan pelukan perlindungan walau badai tak sedang terjadi
Dan kekasih hati mampu mendoa dan meyakini bahwa ia sanggup untuk melewati semua ini

Dan yang paling suci dari sebuah inti janji
Kau dan aku satu sampai mati
Kau di liang yang ini
Dan aku di liang yang satunya lagi

Batang, 31 Maret 2018


CERITA HENING
Dhimasmp

Cahaya matahari mulai perlahan mengasing
Yang pergi mengendap endapan seperti maling
Dan jingga tuanya membuat mata tak mau berpaling
Itu sebuah hal wajar bukannya asing

Dan disini senja malamnya mulai terpancing
Di sela lorong sempit yang berhimpitan dinding
Suara tikus malam yang seakan saling menggunjing
Di sela lagi oleh gonggong samar seekor anjing
Dilerai vokal jangkir yang berbunyi nyaring

Kau kenakan jubah hitam di tambah mahkota bintang yang seakan cahaya emasnya berkeling
Dengan jalan basah yang tak begitu kering
Dengan tatanan dedaunan lebat disetiap ranting
Hawa dinginnya yang seakan membuat merinding
Seakan nuansa ini tak kau anggap penting

Dimalam ini tak ada nuansa bising
Karena Kau hanya bersahabat dengan hening
Yang berani berjalan tanpa beriring
Berusaha kuat menaklukan keangkuhan sepi yang tak bergeming
Lewat perantara jari-jari yang mulai keriting
Ditambah lagi dengan tintamu yang mulai mengering
Sampai kau tak hiraukan kabut malam yang menggantikan sebuah dinding
Dan bulan sempurna yang menggantikan sebuah denting

Batang, 31 Maret 2018


Biodata

Waktu itu 25 Agustus,  Dhimas Melvien Pramudya lahir di kualatungkal di daerah Jambi tahun 2000 dari dua bersaudara. Seorang pelajar yang sekarang berusia 17 tahun, tinggal di Kecamatan Gringsing-Kabupaten Batang-JawaTengah. Sekedar suka menulis puisi dan kata-kata singkat. Mempunyai keinginan menerbitkan buku yang puitis serta dramatis
WhatsApp : 082221366560 | Instagram @ dhimas_mp | E-mail : dhimas1id@gmail.com



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-Puisi Fatimatus Sya'diah;Bagiku Kamu

Antara Ada Dan Tiada Penulis: Fatimatus sya'diah Sejenak garis tipis itu mulai membentuk, Menyeringai tanpa mengerti Mungkin sebab tak lagi mau dicari, Berhenti mencaci tentang rasanya yang tak diyakini. Memilah gengsi dari rangkaian rasa dihati Untuk keberanian yang kau cipta dalam untaian kata, Yang kucerca dgn kata tanpa terduga Untuk perhatian yang kau tuang dalam secangkir kopi, Yang membuatku seketika merasa percaya akan hati Untuk tawa pengertian yang kau sajikan dalam ketenangan Yang membuatku k esal akan tatapan Untuk rela menjadi telinga dalam tiap suara, Yang seketika hadirkan rasa yang tiada dalam kamus rasa Terima kasih, Untuk rasa yang tak pernah terbaca walau selalu dirasa Pekanbaru, 28 April 2018 Sama Dengan Payah Penulis: Fatimatus sya’diah Ketika kata menjadi fatamorgana Hilang dalam rasa Ingin sampaikan makna namun samar dalam oase lara Masih sama dalam asa Meski memudar dalam raga Masih dengan gerutu sang pendusta Walau t...

Puisi-Puisi Nasywa Fauzia Zahro;Dunia

Ulangi Kesalahanmu Karya : Nasywa Fauzia Zahro Ulangi Kesalahanmu... Supaya kami selalu berhati-hati Berusaha rajin, gigih, dan berani Untuk menyempurnakan kekurangan diri Membangun sosial ekonomi yang kokoh dan mandiri Kami tak mengharap pertolonganmu Yang ada udangnya di balik batu Ulangi kesalahanmu... Supaya kami senantiasa mencari-cari Ilmu dan pengalaman Tak lama lagi Kamilah pencipta keajaiban Ilmu dan teknologi Kami tak menginginkan bantuanmu Ulangi kesalahanmu... Sembunyikan penemuanmu Kini kami telah bersedia menandingimu Wahai yang merasa berkuasa besar Yang kerdil perikemanusiaan Tulungagung, 29 April 2018 Takdir Karya : Nasywa Fauzia Zahro Coba kau renungkan Puing-puing penderitaan hidup Sebuah persinggahan sementara Mengajar kita arti ketabahan Coba kau teliti Jeritan tangisan hati Jangan disenandungkan lagi Karena kesedihan itu Tak akan mengubah Nasib perjalanan waktu Coba kau baca Secebis iman di dada Adalah pertaruhan yang nya...

Puisi-Puisi Hanifa;Surat Untuk Pahlawan

“Sepotong episode kenangan” Penulis Hanifa Di bangku sekolah itu ada sepotong kenangan Yang tak akan pernah ku lupakan Di situ ada cerita aku dan kau Di temani lirihnya perjuangan Menjajaki getirnya asa menggapai cita Detik-detik yang terlalui begitu terasa cepat Di penghujung masa seragam abu-abu ku Aku tak tau dan tak mau memaknai apa yang kurasa Semua terasa sakit untuk berpisah Ada sebuah kata kenyamanan saat bercanda tawa dengan mu Tapi kenyataannya waktu itu akan pergi Saat malam menjemput senja Tuhan.. Aku jatuh cinta…. Pada saat sisa-sisa kenangan masa seragam abu-abuku Tapi? Aku hanya bisa memendam cinta ini Tanpa seorang pun tau,kecuali Engkau.. Bahkan aku pun tak membiarkan burung yang sering menyapaku tak ingin aku dia tau.. Bahwa aku sedang jatuh cinta padanya… Salahkah aku jatuh cinta? Salahkah aku yang memendam rasa? Berdosakah bila rasa ini aku ungkapkan dahulu? Sedangkan saat  ini aku berjuang untuk menepis rasa ini Wahai Rabb…aku tidak i...