Langsung ke konten utama

Puisi-Puisi Ega Edva Nurusyifa’ Hartono;Fatwa Alam

Teruntuk Manusia Yang Sedang Bertambah Usia
karya : Ega Edva Nurusyifa’ Hartono

Saat laut inginkan bulan, Yang kutahu kuhanya butuh teman
Saat angin inginkan raga, Yang kutahu kuhanya butuh tawa
Pernahkah kalian mendengar kisah?
Tentang kisah dikala penghujung senja
Ataukah kisah dikala langit berwarna
Ataukah kisah manusia yang sedang menunggu bertambah usia
Dia bukan Fatimah,Aisyah,apalagi Khadijah
Dia manusia biasa yang menunggu ajal menjemputnya di kala tiba
Namun ,semua tahu dunia takkan indah tanpa ada kelahiran dirinya
Dunia kan hampa,jika tanpa canda tawa miliknya
Apalagi ,siapakah yang akan memberi warna di tiap pelangi di kepala saya
Dia bukan Fatimah,Aisyah,apalagi Khadijah
Yang kutahu hidupnya sangat bahagia,tiada susah,tiada marah
Ini bukanlah puisi mesra,atau puisi cinta,dan bukan bualan semata
Tak peduli ribuan lilin yang kau tiup tuk ucapkan harapanmu
Ku punya ratusan ribu harapan untukmu yang kau tak perlu tahu
Mungkin, buku-buku itu bisakah kau sedikit bercerita?
Bocorkan beberapa saja harapan saya untuk dia
silahkan kau maju kedepan dan sampaikan yang perlu saja
“jangan tinggalkan dia walau sejauh apapun jarakmu dan dia”
“jangan beranjak kemanapun jika kamu dan dia belum memakai toga bersama”
“jangan pernah jadi yang lain walau kelak dimasa senja”
“doa sederhananya kepada sang kuasa, semoga di beri hati suci sesuci fatimah”
“ kesabaran hati se sabar khadijah”, dan “ketulusan hati setulus aisyah”
“kecerdasan yang luas, seluas samudera”, “ keluasan iman, seluas jagad raya”
“Aamiinkan saja,semoga Allah mendengar doa-doa nya” ,buku-buku itu pun kembali ke tempat semula mereka berada.
(Surabaya,11 April 2018)


Fatwa alam
Karya : Ega Edva Nurusyifa’ Hartono

Bagaikan Air ia Mengalir
Dari Hulu Ke Hilir
Birunya
Sejuknya
Pancarkan Kehidupan
Bagaikan Matahari Ia Bersinar
Pancarkan Kilauan
Lahirkan Oksigen Dari Semua Pepohonan
Bagaikan Semilir Angin
Yang Bisikkan Petunjuk Kehidupan
Yang Tunjukkan Hakikat Jalan Kebenaran
Bagaikan Api
Yang Kobarkan Pengetahuan
Tebarkan Gelora Membara Semangat Belajar
Tanpamu Kami Hilang Arah
Kami Takkan Tahu Apalah Kami Nanti Jadinya
Lautan Pun Berfatwa
Gunung akhirnya ikut bercerita
Alam semesta turut ikut serta
Tahukah kalian
Kehidupan adalah peradaban
Peradaban dan manusia adalah karya tuhan
Tahukan kalian bagaimana peradaban bermunculan?
Alam untuk sekali lagi membuka mulutnya dan berfatwa
Peradaban Ada Karena Pengetahuan
Dan Pengetahuan Takkan Ada Tanpa Adanya Pendidikan

(Surabaya,12 April 2018)


Doa alang-alang
Karya : Ega Edva Nurusyifa’ Hartono

Saat kabut tiada ku tahu maksud
Derap langkah yang kokoh
Ayunan melodi mendayu
Saat itu ,Aku dan kamu bergandengan
Tiada pernah belati tertancap di hati
Namun yang tersisa hanyalah sedih
Saat ku lihat kamu berbahagia pergi
Tapi kenapa gerimis jatuh di pelupuk hati
Terasa hati yang suci
Senyum yang suci
Raga dan jiwa yang suci
Kau lepaskan tautan jemarimu dan jemariku ini
Ku coba raih lagi
Namun gagal lagi
Ku coba tautkan lagi
Namun takkan mungkin lagi
Kuterdiam diatas angan
Alang-alang yang rindukan kebahagiaan
Alang-alang yang harapkan kesyahduah
Yang hanya di miliki bulan sang pemilik kilauan
Sampaikan pesan alang-alang untuk bulan
“Semoga bahagia disana bersama bintang”

(Surabaya,12 April 2018)


Biodata Penulis

Foto Ega Edva.Nama saya Ega Edva Nurusyifa’ Hartono. Biasa dipanggil Ega.
Alamat saya di Desa Kemlagi,Kabupaten Mojokerto
Sedang menempuh semester 2 di Universitas Negeri Surabaya,
jurusan Pendidikan Luar Biasa. Hobi saya menulis.
Bagi saya menulis adalah sebuah goresan yang indah.
Yang sanggup ungkapkan apa yang tak mampu di ucap kata .
Alamat email saya egaaage1@gmail.com
Dan nomor telepon saya 085730007449
Nama facebook dan instagram saya Ega Edva.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-Puisi Fatimatus Sya'diah;Bagiku Kamu

Antara Ada Dan Tiada Penulis: Fatimatus sya'diah Sejenak garis tipis itu mulai membentuk, Menyeringai tanpa mengerti Mungkin sebab tak lagi mau dicari, Berhenti mencaci tentang rasanya yang tak diyakini. Memilah gengsi dari rangkaian rasa dihati Untuk keberanian yang kau cipta dalam untaian kata, Yang kucerca dgn kata tanpa terduga Untuk perhatian yang kau tuang dalam secangkir kopi, Yang membuatku seketika merasa percaya akan hati Untuk tawa pengertian yang kau sajikan dalam ketenangan Yang membuatku k esal akan tatapan Untuk rela menjadi telinga dalam tiap suara, Yang seketika hadirkan rasa yang tiada dalam kamus rasa Terima kasih, Untuk rasa yang tak pernah terbaca walau selalu dirasa Pekanbaru, 28 April 2018 Sama Dengan Payah Penulis: Fatimatus sya’diah Ketika kata menjadi fatamorgana Hilang dalam rasa Ingin sampaikan makna namun samar dalam oase lara Masih sama dalam asa Meski memudar dalam raga Masih dengan gerutu sang pendusta Walau t...

Puisi-Puisi Nasywa Fauzia Zahro;Dunia

Ulangi Kesalahanmu Karya : Nasywa Fauzia Zahro Ulangi Kesalahanmu... Supaya kami selalu berhati-hati Berusaha rajin, gigih, dan berani Untuk menyempurnakan kekurangan diri Membangun sosial ekonomi yang kokoh dan mandiri Kami tak mengharap pertolonganmu Yang ada udangnya di balik batu Ulangi kesalahanmu... Supaya kami senantiasa mencari-cari Ilmu dan pengalaman Tak lama lagi Kamilah pencipta keajaiban Ilmu dan teknologi Kami tak menginginkan bantuanmu Ulangi kesalahanmu... Sembunyikan penemuanmu Kini kami telah bersedia menandingimu Wahai yang merasa berkuasa besar Yang kerdil perikemanusiaan Tulungagung, 29 April 2018 Takdir Karya : Nasywa Fauzia Zahro Coba kau renungkan Puing-puing penderitaan hidup Sebuah persinggahan sementara Mengajar kita arti ketabahan Coba kau teliti Jeritan tangisan hati Jangan disenandungkan lagi Karena kesedihan itu Tak akan mengubah Nasib perjalanan waktu Coba kau baca Secebis iman di dada Adalah pertaruhan yang nya...

Puisi-Puisi Hanifa;Surat Untuk Pahlawan

“Sepotong episode kenangan” Penulis Hanifa Di bangku sekolah itu ada sepotong kenangan Yang tak akan pernah ku lupakan Di situ ada cerita aku dan kau Di temani lirihnya perjuangan Menjajaki getirnya asa menggapai cita Detik-detik yang terlalui begitu terasa cepat Di penghujung masa seragam abu-abu ku Aku tak tau dan tak mau memaknai apa yang kurasa Semua terasa sakit untuk berpisah Ada sebuah kata kenyamanan saat bercanda tawa dengan mu Tapi kenyataannya waktu itu akan pergi Saat malam menjemput senja Tuhan.. Aku jatuh cinta…. Pada saat sisa-sisa kenangan masa seragam abu-abuku Tapi? Aku hanya bisa memendam cinta ini Tanpa seorang pun tau,kecuali Engkau.. Bahkan aku pun tak membiarkan burung yang sering menyapaku tak ingin aku dia tau.. Bahwa aku sedang jatuh cinta padanya… Salahkah aku jatuh cinta? Salahkah aku yang memendam rasa? Berdosakah bila rasa ini aku ungkapkan dahulu? Sedangkan saat  ini aku berjuang untuk menepis rasa ini Wahai Rabb…aku tidak i...