Langsung ke konten utama

Puisi-Puisi Fauzi Hidayatulloh;Cinta Tak Pernaah Mekar

Sang Penguasa Dusta

Menerkap jiwa kedalam lubang
Menuntut raga menuju jurang
Orang yang kini terambang-ambang
Menusuk hati hingga ketulang
Memaki diri dengan kesengsaraan
Melantarkan orang dengan pengangguran
Menjanjikan dengan kesejahteraan
Namun bukti hanyalah sebuah harapan
Beragam yang menjadi sebuah kebinekaan
Bergelut perang mencari keadilan
Berbudaya menjalin keselarasan
Berlomba uang menjadi kekuasaan
Kami yang tersiksa di penghujungmu
Berupaya keras untuk menjamahmu
Namun dingin kini jadi keringatmu
Dan api yang akan membakarmu


Cinta Tak Pernah Mekar

Dulu bunga yang ku siram
Tak pernah mekar dikala malam
Mungkin putik yang mengeram
Membuat bunga menjadi seram
Lalu ku tunggu sebuah pagi
Menantimu seorang wanita sejati
Tak kunjung juga hati berbagi
Malah menusuk bagaikan duri
Mungkin siang dia datang
Tapi  itu hanyalah layang-layang
Yang kini menjadi sebuah bayang
Lalu terbang melayang-layang
Ahhhh kau memang sialan
Membiarkan luka tak beraturan
Apa pantas aku kau abaikan
Yang menantimu diujung jalan
Sialan kau memang sialan
Membiarkan bungaku layu dihalaman
Tanpa tahu harus kedatangan
Sebuah harapan tanpa kesabaran

Bintang Yang Kurindu

Malam kini semakin sendu
Menelan indahnya serdadu
Mengadu disetiap sujudku
Karena merindu akan sosok dirimu
Kau indah bagai bintang
Berkedip bagai kunang-kunang
Hati yang semakin terang
Namun itu lamunan yang terbayang
Kau berkedip menyapaku
Menghias terang dimalamku
Aku tak tahu dan terpaku
Tertunduk diam semakin bisu
Kini doalah yang menyampaikan
Atas apa yang kukatakan
Sebab engkau yang dinantikan
Untuk selalu kurindukan
Kau meranggut terang dimalamku
Dengan ramalan yang tak tentu
Jika boleh kupinjam namamu
Untuk selalu kusebut didalam doaku
Maaf bila bintang itu kuraih
Lalu ku kejar tanpa pamrih
Dan kusimpan tanpa perih
Karena kau sang illaih


Biodata Penulis
C:\Fauzi&Nisa\C360_2017-04-09-08-30-28-701.jpg

Namaku fauzi hidayatulloh, aku dilahirkan sebagai seorang pria, karena ayah dan ibuku menginginkan anak pertamanya adalah seorang pria, bukan seorang wanita bukan pula seorang piduaria atau semacamnya. Aku dilahirkan tanggal 15 juni 1999. Waktu itu pas pertama kali aku diberinama. Dulu waktu aku di kandung aku tinggal di rahim ibuku tapi sekarang aku tinggal dirumahnya ibuku, tepatnya di Kota Taikmalaya, Jawa Barat, Indonesia tercinta. Tapi suatu hari nanti aku ingin tinggal diluar kota, meraih cita-cita yang dulu pernah aku katakan.
Aku seorang penulis, tapi bukan seorang penulis handal. Aku juga seorang pembaca namun tak pandai membaca pikiran orang. Karena dari sejak aku kecil, aku diajarkan menulis dan membaca, makannya aku bisa menulis dan membaca. Tapi sayang, tulisanku hanyalah untaian kata yang tak bermakna. Bahkan untuk menulis puisipun seadanya saja. Karena yang aku tahu, puisi itu hanyalah kalimat bayang yang melintas dipikiran kita lalu kita tuangkan kesebuah kertas kosong dan akhirnya jadilah puisi yang berimajinasi dari selintas ilustrasi otak kita. Kemampuan menulis puisiku masih belum sempurna dan tak seindah pelangi yang berwarna-warni. Dan semoga ini adalah awal dari karier pertamaku dalam menulis puisi. Karena aku ingin sekali puisiku dilihat oleh seluruh negara. Dari pada aku tulis distatus WhatsApp untuk dilihat orang, padahal kontaknya hanya 10 orang itu semua juga keluargaku.


Facebook       : fauzi enjang
Instagram      : @fauzihe540
Id Line            : fauzihe15_
WhatsApp     : 083101694722
E-Mail            : fauzihe540@gamil.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-Puisi Fatimatus Sya'diah;Bagiku Kamu

Antara Ada Dan Tiada Penulis: Fatimatus sya'diah Sejenak garis tipis itu mulai membentuk, Menyeringai tanpa mengerti Mungkin sebab tak lagi mau dicari, Berhenti mencaci tentang rasanya yang tak diyakini. Memilah gengsi dari rangkaian rasa dihati Untuk keberanian yang kau cipta dalam untaian kata, Yang kucerca dgn kata tanpa terduga Untuk perhatian yang kau tuang dalam secangkir kopi, Yang membuatku seketika merasa percaya akan hati Untuk tawa pengertian yang kau sajikan dalam ketenangan Yang membuatku k esal akan tatapan Untuk rela menjadi telinga dalam tiap suara, Yang seketika hadirkan rasa yang tiada dalam kamus rasa Terima kasih, Untuk rasa yang tak pernah terbaca walau selalu dirasa Pekanbaru, 28 April 2018 Sama Dengan Payah Penulis: Fatimatus sya’diah Ketika kata menjadi fatamorgana Hilang dalam rasa Ingin sampaikan makna namun samar dalam oase lara Masih sama dalam asa Meski memudar dalam raga Masih dengan gerutu sang pendusta Walau t...

Puisi-Puisi Nasywa Fauzia Zahro;Dunia

Ulangi Kesalahanmu Karya : Nasywa Fauzia Zahro Ulangi Kesalahanmu... Supaya kami selalu berhati-hati Berusaha rajin, gigih, dan berani Untuk menyempurnakan kekurangan diri Membangun sosial ekonomi yang kokoh dan mandiri Kami tak mengharap pertolonganmu Yang ada udangnya di balik batu Ulangi kesalahanmu... Supaya kami senantiasa mencari-cari Ilmu dan pengalaman Tak lama lagi Kamilah pencipta keajaiban Ilmu dan teknologi Kami tak menginginkan bantuanmu Ulangi kesalahanmu... Sembunyikan penemuanmu Kini kami telah bersedia menandingimu Wahai yang merasa berkuasa besar Yang kerdil perikemanusiaan Tulungagung, 29 April 2018 Takdir Karya : Nasywa Fauzia Zahro Coba kau renungkan Puing-puing penderitaan hidup Sebuah persinggahan sementara Mengajar kita arti ketabahan Coba kau teliti Jeritan tangisan hati Jangan disenandungkan lagi Karena kesedihan itu Tak akan mengubah Nasib perjalanan waktu Coba kau baca Secebis iman di dada Adalah pertaruhan yang nya...

Puisi-Puisi Hanifa;Surat Untuk Pahlawan

“Sepotong episode kenangan” Penulis Hanifa Di bangku sekolah itu ada sepotong kenangan Yang tak akan pernah ku lupakan Di situ ada cerita aku dan kau Di temani lirihnya perjuangan Menjajaki getirnya asa menggapai cita Detik-detik yang terlalui begitu terasa cepat Di penghujung masa seragam abu-abu ku Aku tak tau dan tak mau memaknai apa yang kurasa Semua terasa sakit untuk berpisah Ada sebuah kata kenyamanan saat bercanda tawa dengan mu Tapi kenyataannya waktu itu akan pergi Saat malam menjemput senja Tuhan.. Aku jatuh cinta…. Pada saat sisa-sisa kenangan masa seragam abu-abuku Tapi? Aku hanya bisa memendam cinta ini Tanpa seorang pun tau,kecuali Engkau.. Bahkan aku pun tak membiarkan burung yang sering menyapaku tak ingin aku dia tau.. Bahwa aku sedang jatuh cinta padanya… Salahkah aku jatuh cinta? Salahkah aku yang memendam rasa? Berdosakah bila rasa ini aku ungkapkan dahulu? Sedangkan saat  ini aku berjuang untuk menepis rasa ini Wahai Rabb…aku tidak i...