Langsung ke konten utama

Puisi-Puisi Fitraini Hadju;Hamparan Debu

Hamparan Debu
Oleh : Fitraini Hadju

Jika kau tiada, maka aku tak mampu sesempurna ini
Ya Rabb.., jika seseorang mencintai karena rupa..
Karena panca indera..
Maka sungguh tak ku temukan hikmahnya

Mereka mencintai ketertarikan
Sulit untuk cari hikmahnya
Raut mereka lambangkan kehangatan
Ketika mereka banyak berkawan

Namun keberadaan-Mu amat mulia
Tak mampu terhitung dalam pandangan waktu
Sejauh kuarungi waktu,
Tak ku temukan lelah kurangnya kasih-Mu

Ya Rabb..
Kejujuranku tak sesuci hamparan debu,
Tak nampak rupa-Mu adalah keharusan keistiqomahanku
Namun mengenalmu melebihi keistimewaan rangkaian mimpi

Manado, 30 April 2018


Kemana
Oleh : Fitraini Hadju

Rembulan menjadi saksi terhadap banyaknya peristiwa lampau
Andai ia bisa berkata, maka pantaslah ia menjadi saksi terbaik
Jika pisau mampu terpisah dari gagangnya seiring waktu
Maka tak heran dengannya

Dengannya yang saat ini pergi
Menciptakan jarak agar tak sepenuhnya bisa berlabuh
Dan menziarahi setiap pemilik pulau
Tapi ketahuilah ia berbeda

Berlayarlah, agar engkau terus berlabuh
Tapi jangan berhenti berlayar jika tak lagi kau siap berlabuh pada dermagaku
Jujur saja kau adalah mentari
Seharusnya sinarmu melebihi bayang-bayang lilin di sudut ruangan

Jujur saja kau adalah mentari
Lebih indah dibandingkan belaian angin sejuk dibawah terik
Jujur saja kau adalah mentari
Yang karenamulah tergantung sebuah harapan besar terhadap suatu istana

Tolonglah cepat hakimi ia..
Agar selesai semua kondisi rumit yang masih terjadi
Agar tertata rapi masa yang akan datang karena kaulah mentari
Kepadamu kutaruh harapan lebih

Manado, 30 April 2018


Nafkah dan Kenyataan
Oleh : Fitraini Hadju

Disini.. Disudut jalan ini.. Kami duduk menunggu hari
Menunggu secuil nasi.. Bersama belaian dan pengertian terhadap kondisi
Akankah hari bisa menjamin usaha ini nanti??
Adakah yang mengerti dengan rintihan kebutuhan serta kewajiban kami yang terhalang kini??

Tak satupun memahami kami, Yang duduk bersama peluh dari kening.. ataukah sudut terkecil pelipis..
Yang ada hanya bentakkan!! Hanya perintah!! Hanya cibiran!! Bahkan pukulan melanda
Karena apa?? Karena ketidak berdayaan kami
Karena kami rakyat biasa, tidak dibolehkan melanggar mereka

Yang entah benarkah sistem yang mereka jalankan
Yang benarkah semuanya merasakan keadilan
Yang sudah teraturkah mereka membagi hak-hak kami
Kami.. disini.. ditemani harapan yang satu

Cukuplah bagi kami tempat tuk berduka dan meratapi
Juga mencari nafkah hingga malam menanti kami
Sudikah kalian berkobar pukulan tanpa melintasi jalur hati?
Seharusnya diajarkan tuk mengerti

Jika sudi itu berdasarkan anggukan, tak pantaslah kalian disini
Tularkan simpati dan hak-hak ini kembali
Sebelum ajal memondasi kesadaran yang terkungkung mati
Terhadap mata yang masih buta akan penglihatan, dan telinga yang masih tak mau mendengar

Hadirlah untuk kini dan diharapkan selalu untuk nanti
Luluhlah terhadap kewajiban, bukan dengan tahta
Lupakah dengan amanah yang diminta pertanggung jawaban?
Ingatkah dengan hak-hak yang kau genggam?

Suara kami.. adalah langkah kakimu, pilihan kami adalah telunjukmu

Hilanglah sudah kakimu..!!
Jika suara ini hanya pengantar semata
Putuslah telunjukmu..
Jika pilihan hanya sampai di daun telingamu

Manado, 30 April 2018


Biodata Penulis
       Penulis bernama Fitraini Hadju, bertempat tanggal lahir di Manado, 4 January 2000. Sekarang berKTP di Bitung, Sulawesi Utara, pernah menempuh pendidikan : SD di SDN 4 Jl.Kartini,Manado, MIN Girian,Kota Bitung, MTs Arafah Bitung, dan MA Arafah Bitung. Sekarang Menempuh Pendidikan S1 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, Jl.Camar V Perkamil. Mengambil Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam.
E-Mail : fitrohhadju01@gmail.com
FB : Fitroh
Telp/Wa : 085340133929

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-Puisi Fatimatus Sya'diah;Bagiku Kamu

Antara Ada Dan Tiada Penulis: Fatimatus sya'diah Sejenak garis tipis itu mulai membentuk, Menyeringai tanpa mengerti Mungkin sebab tak lagi mau dicari, Berhenti mencaci tentang rasanya yang tak diyakini. Memilah gengsi dari rangkaian rasa dihati Untuk keberanian yang kau cipta dalam untaian kata, Yang kucerca dgn kata tanpa terduga Untuk perhatian yang kau tuang dalam secangkir kopi, Yang membuatku seketika merasa percaya akan hati Untuk tawa pengertian yang kau sajikan dalam ketenangan Yang membuatku k esal akan tatapan Untuk rela menjadi telinga dalam tiap suara, Yang seketika hadirkan rasa yang tiada dalam kamus rasa Terima kasih, Untuk rasa yang tak pernah terbaca walau selalu dirasa Pekanbaru, 28 April 2018 Sama Dengan Payah Penulis: Fatimatus sya’diah Ketika kata menjadi fatamorgana Hilang dalam rasa Ingin sampaikan makna namun samar dalam oase lara Masih sama dalam asa Meski memudar dalam raga Masih dengan gerutu sang pendusta Walau t...

Puisi-Puisi Nasywa Fauzia Zahro;Dunia

Ulangi Kesalahanmu Karya : Nasywa Fauzia Zahro Ulangi Kesalahanmu... Supaya kami selalu berhati-hati Berusaha rajin, gigih, dan berani Untuk menyempurnakan kekurangan diri Membangun sosial ekonomi yang kokoh dan mandiri Kami tak mengharap pertolonganmu Yang ada udangnya di balik batu Ulangi kesalahanmu... Supaya kami senantiasa mencari-cari Ilmu dan pengalaman Tak lama lagi Kamilah pencipta keajaiban Ilmu dan teknologi Kami tak menginginkan bantuanmu Ulangi kesalahanmu... Sembunyikan penemuanmu Kini kami telah bersedia menandingimu Wahai yang merasa berkuasa besar Yang kerdil perikemanusiaan Tulungagung, 29 April 2018 Takdir Karya : Nasywa Fauzia Zahro Coba kau renungkan Puing-puing penderitaan hidup Sebuah persinggahan sementara Mengajar kita arti ketabahan Coba kau teliti Jeritan tangisan hati Jangan disenandungkan lagi Karena kesedihan itu Tak akan mengubah Nasib perjalanan waktu Coba kau baca Secebis iman di dada Adalah pertaruhan yang nya...

Puisi-Puisi Hanifa;Surat Untuk Pahlawan

“Sepotong episode kenangan” Penulis Hanifa Di bangku sekolah itu ada sepotong kenangan Yang tak akan pernah ku lupakan Di situ ada cerita aku dan kau Di temani lirihnya perjuangan Menjajaki getirnya asa menggapai cita Detik-detik yang terlalui begitu terasa cepat Di penghujung masa seragam abu-abu ku Aku tak tau dan tak mau memaknai apa yang kurasa Semua terasa sakit untuk berpisah Ada sebuah kata kenyamanan saat bercanda tawa dengan mu Tapi kenyataannya waktu itu akan pergi Saat malam menjemput senja Tuhan.. Aku jatuh cinta…. Pada saat sisa-sisa kenangan masa seragam abu-abuku Tapi? Aku hanya bisa memendam cinta ini Tanpa seorang pun tau,kecuali Engkau.. Bahkan aku pun tak membiarkan burung yang sering menyapaku tak ingin aku dia tau.. Bahwa aku sedang jatuh cinta padanya… Salahkah aku jatuh cinta? Salahkah aku yang memendam rasa? Berdosakah bila rasa ini aku ungkapkan dahulu? Sedangkan saat  ini aku berjuang untuk menepis rasa ini Wahai Rabb…aku tidak i...