Langsung ke konten utama

Puisi-Puisi Lilis Nur Hafsoh;Lingkar Persaudaraan


Vektor Perjalanan
Karya: Lilis Nur Hafsoh

Aku sang pemilik niat
Citaku adalah niat, hidup pun bilangan real niat
Niat ku bawa dalam sebuah induksi perjalanan tholabul i’lmi
Dengan sebuah pembuktian aljabar istiqomah, sabar dan tawakal
Ya, inilah aku dalam niat
Tak tergoyah oleh embel – embel cinta palsu membuta
Yang tak mampu melihat komponen – komponen dalam sebuah dimensi
Satuan luas dimensi hidup tak kan terukur hanya dengan sebuah pelafalan
Ia ada dengan pemahaman dan wawasan, Ia muncul dengan komponen berarah
Dari sebuah garis cita yang membentang
Terlukis pada sumbu – sumbu hati yang terefleksi pada tingkah laku
Berpola menurut vektor – vektor komponen syariat
Kokoh bukan berarti kaku
Kreatif apalagi bukanlah pasif  yang membiarkan diri terombang ambing
Badai hidup
Perjalanan bervektor tak membiarkan tersesat dalam integral dan diferensial
Kehidupan real
Kokohnya hati pada ketauhidan berilahi menyokong pundi – pundi niat bertindak
Tak harus kau merotasi menjadi jati diri yang baru
Kau hanya butuh refleksi dilatasi diri
Pantaskah…. Kau miliki komponen dari berbagai irisan himpunan
Tapi tak kau petakan satu pun anggota dengan syukur
Vektor  menunjukkan jati dirinya
Dikala kau berjalan pada cartesius bersumbu x ikhtiar dan y tawakal

Tasikmalaya, 26 April 2018


Saudara Kanakku
Karya: Lilis Nur Hafsoh

Tak terhitung berapa titik yang kita kumpulkan dulu
Titik – titik menyatu dalam garis bermain tak kenal waktu
Garis – garis yang membentuk sebuah bidang kenangan
Mengukir rumus – rumus cerita
Yang akan terfomulasikan di hari kemudian
Tak sampai ku menghitung nilai lebar dan panjang cerita
Apalagi keliling dan luas bidang cerita
Kini….. Kau telah pergi,
Kau tak kan kembali, tak kan ku temui lagi dalam akar – akar  dunia nyata
Tempat kita memainkan rumus masa kanak – kanak
Kau tak kan lagi mendengar, kau tak kan lagi melihat
Cerita yang ku hitung dengan rumus – rumus yang dulu kau ukir dalam geometri
Sekarang…. Kepulangan mu dari daerah arsiran yang jauh ari daerah himpunan
Tak bisa ku tunggu lagi, karena kau telah pergi melebihi batas tak terhingga
Yang tak bisa ku jangkau dengan mistar jarak dunia
Usai sudah perjuangan mu mencari variable – variable jati diri
Kau pulang pada pemilik mutlak mu
selamat jalan saudara kanakku……
ku tak kan merubah rumus yang kau ukir untukku kenang

Tasikmalaya, 26 April  2018


Lingkar Persaudaraan
Karya: Lilis Nur Hafsoh

Berawal dari lengkung busur yang tak mengenal satu sama lain
Bertatap muka, mengenalkan diri
Berinteraksi, berdiskusi
Lengkung busur bersatu menjadi lingkaran
Dalam lingkar persaudaraan,
Dengan titik pusat seorang pembimbing luar biasa
Mempersatukan lengkung busur yang belajar bersatu,
Saling menghormati dan menghargai
Materi-materi yang disampaikan menjadi jari-jari penghubung
Titik pusat dan lengkung busur
Inilah kami dalam lingkar persaudaraan...
Biarlah istilah “setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan”
Tapi itu bukan untuk kami
Kami akan tetap membentuk lingkar persaudaraan yang memiliki luas dan keliling
Mari kawan!
Perbesar jari-jari hubungan kita
Kian besar jari-jari hubungan, kian luas pula lingkar persaudaraan

Tasikmalaya, 26 April 2018


Biodata Penulis

Nama saya Lilis Nur Hafsoh asal saya dari kota Banjar Jawa Barat, sekarang saya tinggal di kota Tasikmalaya karena sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Siliwangi.
Fb: Lilis Nur Hafsoh
Wa: 08999482324









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-Puisi Fatimatus Sya'diah;Bagiku Kamu

Antara Ada Dan Tiada Penulis: Fatimatus sya'diah Sejenak garis tipis itu mulai membentuk, Menyeringai tanpa mengerti Mungkin sebab tak lagi mau dicari, Berhenti mencaci tentang rasanya yang tak diyakini. Memilah gengsi dari rangkaian rasa dihati Untuk keberanian yang kau cipta dalam untaian kata, Yang kucerca dgn kata tanpa terduga Untuk perhatian yang kau tuang dalam secangkir kopi, Yang membuatku seketika merasa percaya akan hati Untuk tawa pengertian yang kau sajikan dalam ketenangan Yang membuatku k esal akan tatapan Untuk rela menjadi telinga dalam tiap suara, Yang seketika hadirkan rasa yang tiada dalam kamus rasa Terima kasih, Untuk rasa yang tak pernah terbaca walau selalu dirasa Pekanbaru, 28 April 2018 Sama Dengan Payah Penulis: Fatimatus sya’diah Ketika kata menjadi fatamorgana Hilang dalam rasa Ingin sampaikan makna namun samar dalam oase lara Masih sama dalam asa Meski memudar dalam raga Masih dengan gerutu sang pendusta Walau t...

Puisi-Puisi Nasywa Fauzia Zahro;Dunia

Ulangi Kesalahanmu Karya : Nasywa Fauzia Zahro Ulangi Kesalahanmu... Supaya kami selalu berhati-hati Berusaha rajin, gigih, dan berani Untuk menyempurnakan kekurangan diri Membangun sosial ekonomi yang kokoh dan mandiri Kami tak mengharap pertolonganmu Yang ada udangnya di balik batu Ulangi kesalahanmu... Supaya kami senantiasa mencari-cari Ilmu dan pengalaman Tak lama lagi Kamilah pencipta keajaiban Ilmu dan teknologi Kami tak menginginkan bantuanmu Ulangi kesalahanmu... Sembunyikan penemuanmu Kini kami telah bersedia menandingimu Wahai yang merasa berkuasa besar Yang kerdil perikemanusiaan Tulungagung, 29 April 2018 Takdir Karya : Nasywa Fauzia Zahro Coba kau renungkan Puing-puing penderitaan hidup Sebuah persinggahan sementara Mengajar kita arti ketabahan Coba kau teliti Jeritan tangisan hati Jangan disenandungkan lagi Karena kesedihan itu Tak akan mengubah Nasib perjalanan waktu Coba kau baca Secebis iman di dada Adalah pertaruhan yang nya...

Puisi-Puisi Hanifa;Surat Untuk Pahlawan

“Sepotong episode kenangan” Penulis Hanifa Di bangku sekolah itu ada sepotong kenangan Yang tak akan pernah ku lupakan Di situ ada cerita aku dan kau Di temani lirihnya perjuangan Menjajaki getirnya asa menggapai cita Detik-detik yang terlalui begitu terasa cepat Di penghujung masa seragam abu-abu ku Aku tak tau dan tak mau memaknai apa yang kurasa Semua terasa sakit untuk berpisah Ada sebuah kata kenyamanan saat bercanda tawa dengan mu Tapi kenyataannya waktu itu akan pergi Saat malam menjemput senja Tuhan.. Aku jatuh cinta…. Pada saat sisa-sisa kenangan masa seragam abu-abuku Tapi? Aku hanya bisa memendam cinta ini Tanpa seorang pun tau,kecuali Engkau.. Bahkan aku pun tak membiarkan burung yang sering menyapaku tak ingin aku dia tau.. Bahwa aku sedang jatuh cinta padanya… Salahkah aku jatuh cinta? Salahkah aku yang memendam rasa? Berdosakah bila rasa ini aku ungkapkan dahulu? Sedangkan saat  ini aku berjuang untuk menepis rasa ini Wahai Rabb…aku tidak i...