Langsung ke konten utama

Puisi-Puisi Mhd Ikhsan Ritonga;Negeri Sejati

BERSAMA SENJA
Mhd Ikhsan Ritonga

Lisan menyapa dalam gelapnya malam,
kita tahu tentang arti dari kesedihan,
saat air mata jatuh dari buaian dan senandung nan malang

Mengecup kening di tengah ramai dan kepergian,
pada layangan yang jauh di senja padang
menatap meratap sambil melambai dengan mata yang kosong

Ada yang hilang nestapa dari pundak seorang penyair
kini sendiri dalam kelam meretas di kesunyian
Pada reruntuhan sajak yang menuai kontroversi
dalam senja yang masih dini

Bersama senja di bawah langit ini,
sajak yang tertoreh dari gunung yang menjulang tinggi
memikat senja yang kini ilusi

Menyeka air mata perpisahan, ketika cat itu mendarat
di seragam namun kau tahu tentang kebiadaban yang sopan
Suara ini singgah dari trotoar, menyeru pada pelarian
ketika senja yang malang di tilang dan ditindas dalam kenangan

Perpisahan, 17 April 2018


LAYANG KENANGAN
Mhd Ikhsan Ritonga

Layang kenangan sajak yang sederhana dari perantauan
Melirik kembali masa silam tentan indahnya persawahan
Layang kenangan pada cerita indah di masa kelam

Menarik seperti benang, terbang di bawa bayu di kejauhan
Meniti dalam satu kata dan ikatan, sajak yang bermukim di sukma
Menatap sambil mengangguk menyaksikan kekanak-kanakan

Hembusan angin yang meretas di atas pusara
Sendu yang memikat dua mata layangan tertuju
Beradu dalam masa yang syahdu

Tiada kata yang menunggu, namun pena berjalan dalam kenangan rindu
Meretas obat hati dan kalbu ktika raga rapuh dan orasi tak mampu
Kita ada dalam kenangan itu, setiap sajak umpama masa lalu

Seribu majas berdiksikan rindu, mencitrakan kenangan layangan tua
Tentang pusara yang kini jauh di mata
Kenangan, duhai para pecinta

Sipirok, 17 April 2018


NEGERI SEJATI
Mhd Ikhsan Ritonga

Sayap-sayap garuda yang menghempas para pendosa
Trotoar negeriku yang kian mendera akan dusta
Garudaku di taruhkan dalam pengkhianatan lambang merah
Akan arti dari sebuah sumur tua yang kini mulai terlupa

Etalase menara yang mencakar langit di bumi persada
Melalang buana bukan! dengan raga dan langkah yang paten
Milik bersama, namun tiada
Sayap-sayap patah tanpa ada tanda

Negeri sejati? masih ambigu dalam recovery hati
Masih saja, sungai-sungai itu kau hisap
Dengan nafsu-nafsu pendosa yang berkhianat
Lisan tak mampu berucap dan raga hanya terpaku

Semua kau kuasa, dan bertahta atas dasar apa?
Jika hanya membuat makar dimana-mana
Dimana negeri sejati yang indah nan syahdu penuh dengan syurgawi
Tidak bukan? hanya sebuah slogan dalam pamplet fantasi

Negeri, 30 Mei 2018


Biodata Penulis

Penulis adalah mahasiswa UNIMED prodi sastra Indonesia stambuk 2016, merupakan alumni dari MAN 1 SIPIROK. Lahir pada 30 Juli 1998. Berasal dari kota  SIPIROK Kabupaten Tapanuli Selatan, tepatnya di desa Natambang Roncitan Kecamatan Arse dan merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Tergabung dalam Lembaga Penalaran Dan Penelian Ilmiah Mahasiswa (LP2IM UNIMED). Beberapa karyanya sudah dimuat di beberapa media massa seperti harian Analisa, Waspada dan media online Majalah Simalaba Lampung. Dan salah satu puisi yang berjudul “BIDADARI ADIBUSANA” telah masuk dalam antologi puisi “SUNGGUH KHIMARKU BUKAN TERORIS” terbitan Inkumedia pada agutus 2017.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-Puisi Fatimatus Sya'diah;Bagiku Kamu

Antara Ada Dan Tiada Penulis: Fatimatus sya'diah Sejenak garis tipis itu mulai membentuk, Menyeringai tanpa mengerti Mungkin sebab tak lagi mau dicari, Berhenti mencaci tentang rasanya yang tak diyakini. Memilah gengsi dari rangkaian rasa dihati Untuk keberanian yang kau cipta dalam untaian kata, Yang kucerca dgn kata tanpa terduga Untuk perhatian yang kau tuang dalam secangkir kopi, Yang membuatku seketika merasa percaya akan hati Untuk tawa pengertian yang kau sajikan dalam ketenangan Yang membuatku k esal akan tatapan Untuk rela menjadi telinga dalam tiap suara, Yang seketika hadirkan rasa yang tiada dalam kamus rasa Terima kasih, Untuk rasa yang tak pernah terbaca walau selalu dirasa Pekanbaru, 28 April 2018 Sama Dengan Payah Penulis: Fatimatus sya’diah Ketika kata menjadi fatamorgana Hilang dalam rasa Ingin sampaikan makna namun samar dalam oase lara Masih sama dalam asa Meski memudar dalam raga Masih dengan gerutu sang pendusta Walau t...

Puisi-Puisi Nasywa Fauzia Zahro;Dunia

Ulangi Kesalahanmu Karya : Nasywa Fauzia Zahro Ulangi Kesalahanmu... Supaya kami selalu berhati-hati Berusaha rajin, gigih, dan berani Untuk menyempurnakan kekurangan diri Membangun sosial ekonomi yang kokoh dan mandiri Kami tak mengharap pertolonganmu Yang ada udangnya di balik batu Ulangi kesalahanmu... Supaya kami senantiasa mencari-cari Ilmu dan pengalaman Tak lama lagi Kamilah pencipta keajaiban Ilmu dan teknologi Kami tak menginginkan bantuanmu Ulangi kesalahanmu... Sembunyikan penemuanmu Kini kami telah bersedia menandingimu Wahai yang merasa berkuasa besar Yang kerdil perikemanusiaan Tulungagung, 29 April 2018 Takdir Karya : Nasywa Fauzia Zahro Coba kau renungkan Puing-puing penderitaan hidup Sebuah persinggahan sementara Mengajar kita arti ketabahan Coba kau teliti Jeritan tangisan hati Jangan disenandungkan lagi Karena kesedihan itu Tak akan mengubah Nasib perjalanan waktu Coba kau baca Secebis iman di dada Adalah pertaruhan yang nya...

Puisi-Puisi Hanifa;Surat Untuk Pahlawan

“Sepotong episode kenangan” Penulis Hanifa Di bangku sekolah itu ada sepotong kenangan Yang tak akan pernah ku lupakan Di situ ada cerita aku dan kau Di temani lirihnya perjuangan Menjajaki getirnya asa menggapai cita Detik-detik yang terlalui begitu terasa cepat Di penghujung masa seragam abu-abu ku Aku tak tau dan tak mau memaknai apa yang kurasa Semua terasa sakit untuk berpisah Ada sebuah kata kenyamanan saat bercanda tawa dengan mu Tapi kenyataannya waktu itu akan pergi Saat malam menjemput senja Tuhan.. Aku jatuh cinta…. Pada saat sisa-sisa kenangan masa seragam abu-abuku Tapi? Aku hanya bisa memendam cinta ini Tanpa seorang pun tau,kecuali Engkau.. Bahkan aku pun tak membiarkan burung yang sering menyapaku tak ingin aku dia tau.. Bahwa aku sedang jatuh cinta padanya… Salahkah aku jatuh cinta? Salahkah aku yang memendam rasa? Berdosakah bila rasa ini aku ungkapkan dahulu? Sedangkan saat  ini aku berjuang untuk menepis rasa ini Wahai Rabb…aku tidak i...