Langsung ke konten utama

Puisi-Puisi Muhammad Wafa Ridwanulloh;Senja,Mega,Dan Surya

Senja, Mega dan Surya
Karya : Muhammad Wafa

Senja kala itu merasa heran
Menatap insan penuh gelisah dan kebimbangan
Di penghujung kesendirian
Usang dan lusuh tak bertuan

Mega pun hancur dalam rapuh
Tak kuasa membidik dan menempuh
Sulitnya asa seorang insan yang jatuh
Di batas cerita bersama air yang keruh

Rembulan datang membawa harapan
Namun bintang ada dalam kesedihan
Sebab insan teguh tak berkawan
Bersama nasib hanya diam dalam renungan

Diapun bangkit ditengah sunyi
Mengajak hamparan pergi seorang diri
Mengambil air cahaya Illahi
Bersimpuh sujud diatas amparan bumi

Seraya mendobrak tabir-tabir khayalan
Melesat jauh dalam khusu’ pikiran
Mengharap kemuliaan dari sang Maha Perhitungan
Kening dibasahi air mata kesunyian

Malam pun menjerit teramat perih
Dikembalikan ke peraduan jernih
Tersiksa hilang masa menatap hamba yang merintih
Memohn rahmat tuhan semesta Maha pengasih

Surya pun menjadi saksi bisu
Agugnya ampunan dan rahmat Tuhan yangs satu
Dalam tangis hamba ini mengadu
Dalam tawa sang hamba berseru
Mengucap syukur dalam ketenangan qalbu


Merindukan Purnama
Karya : Muhammad wafa

Mahakarya goresan kuasa Tuhan
Keagungannya memuncak di alam raya
Pesonanya tak pernah pudar ditelan masa
Insan paripurna penuh karisma
Layaknya rembulan ditengah kegelapan

Dipandang indah penuh keagungan membangun jiwa
Cahayanya menjadi permata bagi Adam
Terselip rindu umat menanti kehampaan
Semerbak harumnya sepanjang masa

Puncak rindu disematkan namanya
Hamba pilihan menanti perjumpaan
Bersama junjugan di alam keabadian
Rahmat-Nya berjalan bersama syafaat

Duhai utusan Rabb Maaliki yaumiddin..
Bersama hampa sunyi dalam tangis
Menahan rindu bersandar dalam syafaat
Menanti purnama itu datang penuh kemilau

Duhai rasul pilihan Rabb Rahmaanurrahiim
Hamba titipkan rindu ini dalam sholawat
Bersama angin yang dikejar hujan
Saat senja bahagia menyambut rembulan
Hati terpaut dallam renung dan do’a

Yaa Rasulallah....
Hamba rindu baginda
Seridu hamba kepada-Nya, syafaatmu hamba dambakan


Tatkala Mereka Bertanya
Karya : Muhammad wafa

Akan tiba jua suatu masa
Insan lautan tinta ditelan durhaka
Saling bertanya tiada terkira
Mengharap jawab dari kalam Tuhan Semesta

Ingatlah bumi yang menjadi hamparan
Beserta pijakan bagi kelembutan
Gunung-gunung laksana pasak yang teramat kokoh
Dipayungi indahnya langit tak bertihang

Bagai pelita terang benderang
Siang teruntuk sebuah pengharapan
Menanti malam menjadi puncak tujuan
Bersama hujan dan cerah tak terbilang

Berjuta anugerah mimpi kan luruh dan rapuh
Tatkala sangkakala keagungan ditiup
Menempa alam semesta yang bertasbih
Bumi pun bergoncang teramat dahsyat

Langit – langit kian terbuka lebar
Gunung-gunung tidak lain hanya fatamorgana
Beterbangan bagai debu disapu angin
Awan nan jernih jatuh seketika hingga ke dasar

Dihentak diserbu hati nurani
Teramat dahsyatnya keagungan Tuhan
Sadar hanyalah insan yang melampaui batas
Sungguh jahannam beralas siksa kian mnghantui
Membuka sanubari dilautan tubuh ini
Mengingat masa di hadapan pandangn mata
Bersama sayap-sayap melodi
Dalam senandung naungan Tuhan

Hari itu, manusia hanyalah setetes air
Dari luasnya samudra semesta
Mengenag dusta dilautan angkara
Hilang asa malapetaka merusak tahta


Biodata Penulis

Nama :  Muhammad Wafa Ridwanulloh
Alamat            : Pondok Pesantrn Riyadlul ‘Ulum Kp. Cipeundeuy, Desa Cipakat Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya
Tempat Lahir : Tasikmalaya
Tanggal Lahir : 27 Juli 2000
Pekerjaan : Pelajar
Nomer Hp : 082295962429
Cita-cita : dosen dan Penulis


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-Puisi Fatimatus Sya'diah;Bagiku Kamu

Antara Ada Dan Tiada Penulis: Fatimatus sya'diah Sejenak garis tipis itu mulai membentuk, Menyeringai tanpa mengerti Mungkin sebab tak lagi mau dicari, Berhenti mencaci tentang rasanya yang tak diyakini. Memilah gengsi dari rangkaian rasa dihati Untuk keberanian yang kau cipta dalam untaian kata, Yang kucerca dgn kata tanpa terduga Untuk perhatian yang kau tuang dalam secangkir kopi, Yang membuatku seketika merasa percaya akan hati Untuk tawa pengertian yang kau sajikan dalam ketenangan Yang membuatku k esal akan tatapan Untuk rela menjadi telinga dalam tiap suara, Yang seketika hadirkan rasa yang tiada dalam kamus rasa Terima kasih, Untuk rasa yang tak pernah terbaca walau selalu dirasa Pekanbaru, 28 April 2018 Sama Dengan Payah Penulis: Fatimatus sya’diah Ketika kata menjadi fatamorgana Hilang dalam rasa Ingin sampaikan makna namun samar dalam oase lara Masih sama dalam asa Meski memudar dalam raga Masih dengan gerutu sang pendusta Walau t...

Puisi-Puisi Nasywa Fauzia Zahro;Dunia

Ulangi Kesalahanmu Karya : Nasywa Fauzia Zahro Ulangi Kesalahanmu... Supaya kami selalu berhati-hati Berusaha rajin, gigih, dan berani Untuk menyempurnakan kekurangan diri Membangun sosial ekonomi yang kokoh dan mandiri Kami tak mengharap pertolonganmu Yang ada udangnya di balik batu Ulangi kesalahanmu... Supaya kami senantiasa mencari-cari Ilmu dan pengalaman Tak lama lagi Kamilah pencipta keajaiban Ilmu dan teknologi Kami tak menginginkan bantuanmu Ulangi kesalahanmu... Sembunyikan penemuanmu Kini kami telah bersedia menandingimu Wahai yang merasa berkuasa besar Yang kerdil perikemanusiaan Tulungagung, 29 April 2018 Takdir Karya : Nasywa Fauzia Zahro Coba kau renungkan Puing-puing penderitaan hidup Sebuah persinggahan sementara Mengajar kita arti ketabahan Coba kau teliti Jeritan tangisan hati Jangan disenandungkan lagi Karena kesedihan itu Tak akan mengubah Nasib perjalanan waktu Coba kau baca Secebis iman di dada Adalah pertaruhan yang nya...

Puisi-Puisi Hanifa;Surat Untuk Pahlawan

“Sepotong episode kenangan” Penulis Hanifa Di bangku sekolah itu ada sepotong kenangan Yang tak akan pernah ku lupakan Di situ ada cerita aku dan kau Di temani lirihnya perjuangan Menjajaki getirnya asa menggapai cita Detik-detik yang terlalui begitu terasa cepat Di penghujung masa seragam abu-abu ku Aku tak tau dan tak mau memaknai apa yang kurasa Semua terasa sakit untuk berpisah Ada sebuah kata kenyamanan saat bercanda tawa dengan mu Tapi kenyataannya waktu itu akan pergi Saat malam menjemput senja Tuhan.. Aku jatuh cinta…. Pada saat sisa-sisa kenangan masa seragam abu-abuku Tapi? Aku hanya bisa memendam cinta ini Tanpa seorang pun tau,kecuali Engkau.. Bahkan aku pun tak membiarkan burung yang sering menyapaku tak ingin aku dia tau.. Bahwa aku sedang jatuh cinta padanya… Salahkah aku jatuh cinta? Salahkah aku yang memendam rasa? Berdosakah bila rasa ini aku ungkapkan dahulu? Sedangkan saat  ini aku berjuang untuk menepis rasa ini Wahai Rabb…aku tidak i...