Langsung ke konten utama

Puisi-Puisi Muhammad Zulfa Hikam Majid;Indonesia

“Antara Kita dan Jarak”
Muhammad Zulfa Hikam Majid

Ku berkelana menyusuri masa yang tak tahu arah singgahnya
Berkecamuk duri tajam yang berbau hambar menusuk dan seolah tak pernah fana
Berpijak pada batu yang seolah membisu padahal ia merasa
Sendiri dalam ruang rindu
Hampa, sepi serta nestapa
Dan karena angin pun tahu
Dalam hembusannya ada titipan sebuah nama yang selalu aku simpan
Tapi semua itu hanya sebatas kedipan mata
Jarak...
Memang seperti durjana yang merasa sempurna
Antara kita tak bisa menyalahkannya
Karena cerita yang mungkin lupa digugah
Jarak...
Meskipun terpisah bak seutas benang masa lalu
Antara kita tak bisa menyalahkannya
Karena detik alunan jarum tak bisa terulang lagi
Jarak...
Seperti kabut pekat terjebak kekal di dalamnnya
Antara kita tak bisa menyalahkannya
Karena tulisan takdir yang telah mejadi kehendak-Nya
Antara kita dan jarak
Semoga berkisar antara kening dan sajadah

Boyolali,02 April 2018 16.52 WIB


“Untukmu wahai tikus rakyat”
Muhammad Zulfa Hikam Majid

Aku berseru pada mereka para tikus rakyat
Meneriakan suara lantang dengan genggaman tangan mengepal di atas
Berikrar dengan isyarat telunjuk
Dengar dan lihatlah..
Lihatlah kaum mu yang rela mencari seteguk air di jalanan yang basah ini
Mengais rejeki dari sisa lemparan tangan mereka
Bahkan hanya menunggu diberi
Dengar dan lihatlah
Sadarkah wahai engkau..
Kau bangga dengan tunggangan roda empat mu
Tapi lihatlah mereka yang berjalan tanpa alas pelindung
Kau bangga pamer dengan almamater berdasi
Tengoklah mereka yang hanya bertutup sehelai karung goni
Kau gengsi dengan singgasanamu yang tak berlantai dua
Lirik lah langit di atas yang menjadi atap rumah mereka
Kau nyaman dengan pengobat lelah mu berselimut lembut
Fikirkan mereka yang hanya berselimut kabut
Untukmu wahai para tikus rayat
Apa telingamu tuli hingga kau tak mendengar jeritan mereka
Apa mata mu tertutup dibutakan oleh harta
Yakinlah
Yakinlah engkau
Isak tangis mereka akan menjadi saksi kejinya tanganmu di peradilan nanti
Jeritan mereka yang meminta hak nya
Ternganga nya mulut mereka yang ingin berucap
“kami tidak iri dengan harta kami yang kau curi”
“silahkan pergi dengan harta kami”
“tapi ingatlah, apa yang kau miliki tidak akan menjadi penolongmu di liang lahat nanti”
Karena negeriku bukan peternakan pemrinatahan mu.
Boyolali,02 April 2018 16.52 WIB

“INDONESIA”
Muhammad Zulfa Hikam Majid

Kau...wahai indonesiaku
Negeri dengan segala keanggunan
Langit cerah dengan senyumnya menyapa setiap insan
Desiran ombak yang menyambut nirwana dibawah samudra
Sang fajar menampakkan diri dengan gagahnya untuk negeri tercinta
Engkau... wahai indonesia
Negeri penuh dengan segalanya
Hamparan flora yang membentang  menghias namamu
Ribuan fauna yang siap menjagamu
Hingga bentangan alam menyeru kepadamu
Wahai indonesiaku...
Kami para seonggok daging
Yang terlahir dari tanah suci ini
Dan akan menyatu dengan tanah tercinta ini lagi
Kami bukan hanya menitipkan hembusan nafas disini
Kami berjanji...
Hidup mati kami untukmu wahai negeri abadi
Boyolali,02 April 2018 16.52 WIB

Biodata Penulis

Muhammad Zulfa Hikam Majid lahir di Boyolali 20 Desember 1997. Berdomisili di Desa Kacangan 05/01 Andong Boyolali. Dia adalah anak pertama dari empat bersaudara, sekarang sedang menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan konsentrasinya Teknik Kimia. Membaca menulis adalah salah satu hobi yang ia sukai. Ia pernah mengikuti berbagai ajang lomba menulis seperti esai tingkat nasional, lomba esai di kampusnya, lomba tulis puisi. Baginya membaca adalah jendela untuk membuka cakrawala pengetahuan dan menulis adalah wadah untuk menyalurkan argumen dan pengetahuan yang dimiliki. Harapannya dengan mengikuti even ini bisa menambah wawasan dan pengetahuannya. Ia memakai no HP 087836265952 sebagai nomor pribadinya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-Puisi Fatimatus Sya'diah;Bagiku Kamu

Antara Ada Dan Tiada Penulis: Fatimatus sya'diah Sejenak garis tipis itu mulai membentuk, Menyeringai tanpa mengerti Mungkin sebab tak lagi mau dicari, Berhenti mencaci tentang rasanya yang tak diyakini. Memilah gengsi dari rangkaian rasa dihati Untuk keberanian yang kau cipta dalam untaian kata, Yang kucerca dgn kata tanpa terduga Untuk perhatian yang kau tuang dalam secangkir kopi, Yang membuatku seketika merasa percaya akan hati Untuk tawa pengertian yang kau sajikan dalam ketenangan Yang membuatku k esal akan tatapan Untuk rela menjadi telinga dalam tiap suara, Yang seketika hadirkan rasa yang tiada dalam kamus rasa Terima kasih, Untuk rasa yang tak pernah terbaca walau selalu dirasa Pekanbaru, 28 April 2018 Sama Dengan Payah Penulis: Fatimatus sya’diah Ketika kata menjadi fatamorgana Hilang dalam rasa Ingin sampaikan makna namun samar dalam oase lara Masih sama dalam asa Meski memudar dalam raga Masih dengan gerutu sang pendusta Walau t...

Puisi-Puisi Nasywa Fauzia Zahro;Dunia

Ulangi Kesalahanmu Karya : Nasywa Fauzia Zahro Ulangi Kesalahanmu... Supaya kami selalu berhati-hati Berusaha rajin, gigih, dan berani Untuk menyempurnakan kekurangan diri Membangun sosial ekonomi yang kokoh dan mandiri Kami tak mengharap pertolonganmu Yang ada udangnya di balik batu Ulangi kesalahanmu... Supaya kami senantiasa mencari-cari Ilmu dan pengalaman Tak lama lagi Kamilah pencipta keajaiban Ilmu dan teknologi Kami tak menginginkan bantuanmu Ulangi kesalahanmu... Sembunyikan penemuanmu Kini kami telah bersedia menandingimu Wahai yang merasa berkuasa besar Yang kerdil perikemanusiaan Tulungagung, 29 April 2018 Takdir Karya : Nasywa Fauzia Zahro Coba kau renungkan Puing-puing penderitaan hidup Sebuah persinggahan sementara Mengajar kita arti ketabahan Coba kau teliti Jeritan tangisan hati Jangan disenandungkan lagi Karena kesedihan itu Tak akan mengubah Nasib perjalanan waktu Coba kau baca Secebis iman di dada Adalah pertaruhan yang nya...

Puisi-Puisi Hanifa;Surat Untuk Pahlawan

“Sepotong episode kenangan” Penulis Hanifa Di bangku sekolah itu ada sepotong kenangan Yang tak akan pernah ku lupakan Di situ ada cerita aku dan kau Di temani lirihnya perjuangan Menjajaki getirnya asa menggapai cita Detik-detik yang terlalui begitu terasa cepat Di penghujung masa seragam abu-abu ku Aku tak tau dan tak mau memaknai apa yang kurasa Semua terasa sakit untuk berpisah Ada sebuah kata kenyamanan saat bercanda tawa dengan mu Tapi kenyataannya waktu itu akan pergi Saat malam menjemput senja Tuhan.. Aku jatuh cinta…. Pada saat sisa-sisa kenangan masa seragam abu-abuku Tapi? Aku hanya bisa memendam cinta ini Tanpa seorang pun tau,kecuali Engkau.. Bahkan aku pun tak membiarkan burung yang sering menyapaku tak ingin aku dia tau.. Bahwa aku sedang jatuh cinta padanya… Salahkah aku jatuh cinta? Salahkah aku yang memendam rasa? Berdosakah bila rasa ini aku ungkapkan dahulu? Sedangkan saat  ini aku berjuang untuk menepis rasa ini Wahai Rabb…aku tidak i...