Langsung ke konten utama

Puisi-Puisi Nurmila Dewi Sinaga;Menanti Dalam Penyesalan

Menanti dalam Penyesalan
Nurmila Dewi Sinaga

Kala rindu membakar sepi
Terdengar indah alunan melodi
Hanya karena betah sendiri
Seakan lupa apa yang dicari-cari

Ketika senandung malam menghampiri
Barulah pergi mencari sang mentari
Namun hanyalah pencarian tiada arti
Karena yang dicari tak lagi menyinari

Semua yang ada seakan menjauh pergi
Meninggalkan kenangan yang takkan habis untuk disesali
Menyisakan luka yang tak mau menepi
Seakan penyesalan tiada henti-henti

Besar inginku agar sesegera mungkin semua kembali
Sangat besar harapanku agar semua dapat diperbaiki
Memang tidak akan mungkin semuanya dapat terobati
Karena kebodohanku membuat semua rasa mengakhiri

Dalam diam ditemani tangisan pilu ini
Kucoba menggenggam dan memeluk semua rasa yang telah mati
Menghirup aroma rindu yang hampir mati
Tanpa ada air mata menemani

Suara itu yang ditunggu sepanjang hari
Kasih sayang itu yang selalu didamba dalam janji
Andai semua kembali tak akan ku ingkari lagi
Dan pada akhirnya hatiku akan tetap menanti

Medan,  12 April 2018



Kesempatan Kedua
Nurmila Dewi Sinaga

Bukan hanya sang bulan saja yang merasa kecewa
Seluruh alam pun terasa menjauh tanpa rasa
Seolah hidup tak lagi berwarna
Karena telah lelah dengan segala sandiwara

Sekarang tak ada lagi yang tersisa
Bahkan cinta dan rindu pun enggan untuk menyapa
Seolah membunuh jiwa sang pemimpi dengan segala luka
Sehingga penyesalan terasa membara dan menyiksa

Aku tau kebodohanku yang membuat ini ada
Sang mentari tak memberi lagi harapan kedua
Sampai-sampai seluruh warna pelangi menjauh dengan sempurna
Hingga tak kudapati lagi senyum dan tawa darinya

Biarkan saja semua rasa rindu menjajah dengan leluasa
Menambah cerita dan kisah baru dengan segala jejak luka
Membuatku sadar bahwa aku telah jatuh terlalu lama
Berharap warna itu kembali untukku seperti sedia kala

Semua orang pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya
Dan semua orang berhak pula untuk kembali dan memperbaikinya
Tentunya dengan berbagai cara yang masih ada
Berharap penyesalan itu takkan lagi bertahta

Medan, 13 April 2018


Tanpa Kepastian
Nurmila Dewi Sinaga

Tanggal sebelas menjadi saksi
Betapa aku sungguh-sungguh dalam mencintai
Bertahan dalam kerinduan yang tiada henti
Menunggu dengan segala rasa yang tersisa tanpa pasti

Betapa aku membenci penantian yang tiada tara
Selalu mendayung perahu harapan yang palsu semata
Berharap suatu saat cinta akan berbalas cinta
Namun semua sia-sia dan hanyalah ilusi belaka

Aku tak paham apa yang telah terjadi pada masa lalu
Yang ku tau aku tak mau harapanku layu
Namun apa daya semua telah berakhir tanpa rasa rindu
Karena telah ku dapati jawaban terburuk lewat sekilas tatapan sayu

Berdiri dan berpayung di bawah hujan bayang
Mencoba mengubur perasaan yang sudah tergenang
Namun sang mimpi selalu dikenang
Seolah dimana-mana tak kutemukan titik terang

Seluruh sajak liar mengalir dari jiwa-jiwa yang rapuh
Tak mampu menerima kenyataan yang bak gemuruh
Tetap bertahan dalam harapan tak jelas yang masih utuh
Berharap menemukan tempat yang tepat untuk berlabuh

Medan, 14 April 2018



Biodata Penulis:
C:\Users\YOU\Pictures\WhatsApp Images\IMG-20171030-WA0009.jpg
Nurmila Dewi Sinaga lahir tanggal 24 April 1998 di desa Hasurungan, Kabupaten Simalungun. Mila mulai menyukai dunia kepenulisan sejak duduk di bangku SMA. Mila sangat berharap agar bisa menyampaikan nilai-nilai yang bernilai positif kepada banyak orang melalui tulisannya. Cita-citanya adalah menjadi seorang penulis yang berkualitas dengan tulisan yang berkualitas pula. Mila merasa bahwa goresan pena dan tulisan dapat mengubah dunia. Saat ini Mila tinggal di jalan H.M Yamin, Gang setia, Medan Perjuangan, Kota Medan. Jika ingin lebih dekat dengannya dapat menghubunginya melalui facebook: Nurmila Dewi Sinaga atau WA: 085358035009.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-Puisi Fatimatus Sya'diah;Bagiku Kamu

Antara Ada Dan Tiada Penulis: Fatimatus sya'diah Sejenak garis tipis itu mulai membentuk, Menyeringai tanpa mengerti Mungkin sebab tak lagi mau dicari, Berhenti mencaci tentang rasanya yang tak diyakini. Memilah gengsi dari rangkaian rasa dihati Untuk keberanian yang kau cipta dalam untaian kata, Yang kucerca dgn kata tanpa terduga Untuk perhatian yang kau tuang dalam secangkir kopi, Yang membuatku seketika merasa percaya akan hati Untuk tawa pengertian yang kau sajikan dalam ketenangan Yang membuatku k esal akan tatapan Untuk rela menjadi telinga dalam tiap suara, Yang seketika hadirkan rasa yang tiada dalam kamus rasa Terima kasih, Untuk rasa yang tak pernah terbaca walau selalu dirasa Pekanbaru, 28 April 2018 Sama Dengan Payah Penulis: Fatimatus sya’diah Ketika kata menjadi fatamorgana Hilang dalam rasa Ingin sampaikan makna namun samar dalam oase lara Masih sama dalam asa Meski memudar dalam raga Masih dengan gerutu sang pendusta Walau t...

Puisi-Puisi Nasywa Fauzia Zahro;Dunia

Ulangi Kesalahanmu Karya : Nasywa Fauzia Zahro Ulangi Kesalahanmu... Supaya kami selalu berhati-hati Berusaha rajin, gigih, dan berani Untuk menyempurnakan kekurangan diri Membangun sosial ekonomi yang kokoh dan mandiri Kami tak mengharap pertolonganmu Yang ada udangnya di balik batu Ulangi kesalahanmu... Supaya kami senantiasa mencari-cari Ilmu dan pengalaman Tak lama lagi Kamilah pencipta keajaiban Ilmu dan teknologi Kami tak menginginkan bantuanmu Ulangi kesalahanmu... Sembunyikan penemuanmu Kini kami telah bersedia menandingimu Wahai yang merasa berkuasa besar Yang kerdil perikemanusiaan Tulungagung, 29 April 2018 Takdir Karya : Nasywa Fauzia Zahro Coba kau renungkan Puing-puing penderitaan hidup Sebuah persinggahan sementara Mengajar kita arti ketabahan Coba kau teliti Jeritan tangisan hati Jangan disenandungkan lagi Karena kesedihan itu Tak akan mengubah Nasib perjalanan waktu Coba kau baca Secebis iman di dada Adalah pertaruhan yang nya...

Puisi-Puisi Hanifa;Surat Untuk Pahlawan

“Sepotong episode kenangan” Penulis Hanifa Di bangku sekolah itu ada sepotong kenangan Yang tak akan pernah ku lupakan Di situ ada cerita aku dan kau Di temani lirihnya perjuangan Menjajaki getirnya asa menggapai cita Detik-detik yang terlalui begitu terasa cepat Di penghujung masa seragam abu-abu ku Aku tak tau dan tak mau memaknai apa yang kurasa Semua terasa sakit untuk berpisah Ada sebuah kata kenyamanan saat bercanda tawa dengan mu Tapi kenyataannya waktu itu akan pergi Saat malam menjemput senja Tuhan.. Aku jatuh cinta…. Pada saat sisa-sisa kenangan masa seragam abu-abuku Tapi? Aku hanya bisa memendam cinta ini Tanpa seorang pun tau,kecuali Engkau.. Bahkan aku pun tak membiarkan burung yang sering menyapaku tak ingin aku dia tau.. Bahwa aku sedang jatuh cinta padanya… Salahkah aku jatuh cinta? Salahkah aku yang memendam rasa? Berdosakah bila rasa ini aku ungkapkan dahulu? Sedangkan saat  ini aku berjuang untuk menepis rasa ini Wahai Rabb…aku tidak i...