Puisi : Biar rindu aku malu
Penulis : Pipin Alfiyah
BIAR RINDU AKU MALU
Kepada bianglala aku ingin ceritakan
Tentang kata yang tak mampu diucapkan mulut dan didengarkan oleh telinga
Tentang jiwa yang berani mengikatku dengan akad
Tentang dia yang berani meminta ku di dua roka’at
Seperti sketsa hidup yang tak harus dibuktikan dengan karat
Seperti kencan ratu yang tak dapat dihabiskan dalam sekejab
Berjalan layaknya mariposa di ruang gelap
Syah Alam..
Di ruang sapaku, rindu tak pernah mengenal waktu
Menatapmu, bagaimana cara mengontrol perasaan ku?
Namun tetap saja,
Kaku, layaknya hidup di gurun es putri salju
Ragu, layaknya jasad-jasad mayat yang berserakan di kota babu
Aku tahan, karena ini kodratku
Menjadi kerikil-kerikil di atas debu
Tak akan mampu mengubah berlian di jari manisku
Syah Alam.. Biar rindu aku malu
Biar keriput di wajahmu
Biar putih rambut-rambutmu
Biar bengkok tulang punggung mu
Tetap saja aku tak mampu mengisyaratkan rasa cintaku..
Syah Alam.. Biar rindu aku malu.
BARZAH TUHAN
Jerat tangis hamba pengemis
Perindu nikmat janji-janji manis
Perintah ibunda di hari kamis,
Malam jum’at pengabdi gerimis..
Oh maut.
.
Malaikat ini perlahan berbisik ditelingaku
Perlahan mulai jelas di mata ku
Perlahan mulai keras bagaikan batu
Jika jemari-jemarinya menyentuh tubuh lemahku
Tak akan kuasa hancur berkeping-keping episode ku kali ini
Deras keringat mulai kurasakan dari basahnya kulit-kulit tipisku
Adakah engkau percaya?
Aku sudah tobat sehari sebelum ibu menyuruh ku membaca yasin mu
Mendengar petir di langit dunia, itulah suara gelegar mu.
Liar pandangannya, seakan melemparku dari dinding-dinding tanah liat
Oh maut.. kebalikan aku pada dunia ibu
Setidaknya disana tatapannya lebih tenang darimu.
MANUSIA AKHIR ZAMAN
Sudikah engkau?
Bercengkrama layaknya laki-laki tegas dan berbudi
Bersikap layaknya perermpuan kemayu seperti ilalang
Sudikah engkau?
Berjalan menyusuri malam tanpa bintang
Dengan gadis mu yang menawan bak anggur pada gelas cawan
Di pesta rakyat kecil di kota bayang-bayang
Nikmat berhambur panas asap-asap kehidupan
Camar bulan redup perlahan
Bagai pesona hari dimana akan datang kabut
Sudikah engkau disebut kupu-kupu malam?
Wahai wanita cantik di zaman orderan
Menikah tanpa ikatan
Menikmati ajal bersama syetan-syetan
Meringkus segala harapan demi kepuasan
Engkau manusia-manusia akhir zaman.
Biodata Penulis

Nama Saya Pipin Alfiyah (Alfi), lahir pada 09 Januari 1996 di kota bambu desa meddelan timur kecamatan lenteng kota sumenep madura. Yang terkenal dengan kota santri dan budaya kerapan sapi. Saya aktif menjadi mahasiswa di kota kelahiran yaitu di STKIP PGRI Sumenep, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari tahun 2015. Sejak mondok (aktiv menjadi santri pada jenjang MTs-MA) saya sudah menyukai dunia imajinasi tulis menulis dalam segala hal baik cerpen, puisi, novel dan kata-kata mutiara karena dari menulis saya merasakan semua yang ada difikiran tersalurkan, menulis juga dapat menghilangkan rasa bosan.
CP: 082333383391
Penulis : Pipin Alfiyah
BIAR RINDU AKU MALU
Kepada bianglala aku ingin ceritakan
Tentang kata yang tak mampu diucapkan mulut dan didengarkan oleh telinga
Tentang jiwa yang berani mengikatku dengan akad
Tentang dia yang berani meminta ku di dua roka’at
Seperti sketsa hidup yang tak harus dibuktikan dengan karat
Seperti kencan ratu yang tak dapat dihabiskan dalam sekejab
Berjalan layaknya mariposa di ruang gelap
Syah Alam..
Di ruang sapaku, rindu tak pernah mengenal waktu
Menatapmu, bagaimana cara mengontrol perasaan ku?
Namun tetap saja,
Kaku, layaknya hidup di gurun es putri salju
Ragu, layaknya jasad-jasad mayat yang berserakan di kota babu
Aku tahan, karena ini kodratku
Menjadi kerikil-kerikil di atas debu
Tak akan mampu mengubah berlian di jari manisku
Syah Alam.. Biar rindu aku malu
Biar keriput di wajahmu
Biar putih rambut-rambutmu
Biar bengkok tulang punggung mu
Tetap saja aku tak mampu mengisyaratkan rasa cintaku..
Syah Alam.. Biar rindu aku malu.
BARZAH TUHAN
Jerat tangis hamba pengemis
Perindu nikmat janji-janji manis
Perintah ibunda di hari kamis,
Malam jum’at pengabdi gerimis..
Oh maut.
.
Malaikat ini perlahan berbisik ditelingaku
Perlahan mulai jelas di mata ku
Perlahan mulai keras bagaikan batu
Jika jemari-jemarinya menyentuh tubuh lemahku
Tak akan kuasa hancur berkeping-keping episode ku kali ini
Deras keringat mulai kurasakan dari basahnya kulit-kulit tipisku
Adakah engkau percaya?
Aku sudah tobat sehari sebelum ibu menyuruh ku membaca yasin mu
Mendengar petir di langit dunia, itulah suara gelegar mu.
Liar pandangannya, seakan melemparku dari dinding-dinding tanah liat
Oh maut.. kebalikan aku pada dunia ibu
Setidaknya disana tatapannya lebih tenang darimu.
MANUSIA AKHIR ZAMAN
Sudikah engkau?
Bercengkrama layaknya laki-laki tegas dan berbudi
Bersikap layaknya perermpuan kemayu seperti ilalang
Sudikah engkau?
Berjalan menyusuri malam tanpa bintang
Dengan gadis mu yang menawan bak anggur pada gelas cawan
Di pesta rakyat kecil di kota bayang-bayang
Nikmat berhambur panas asap-asap kehidupan
Camar bulan redup perlahan
Bagai pesona hari dimana akan datang kabut
Sudikah engkau disebut kupu-kupu malam?
Wahai wanita cantik di zaman orderan
Menikah tanpa ikatan
Menikmati ajal bersama syetan-syetan
Meringkus segala harapan demi kepuasan
Engkau manusia-manusia akhir zaman.
Biodata Penulis
Nama Saya Pipin Alfiyah (Alfi), lahir pada 09 Januari 1996 di kota bambu desa meddelan timur kecamatan lenteng kota sumenep madura. Yang terkenal dengan kota santri dan budaya kerapan sapi. Saya aktif menjadi mahasiswa di kota kelahiran yaitu di STKIP PGRI Sumenep, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari tahun 2015. Sejak mondok (aktiv menjadi santri pada jenjang MTs-MA) saya sudah menyukai dunia imajinasi tulis menulis dalam segala hal baik cerpen, puisi, novel dan kata-kata mutiara karena dari menulis saya merasakan semua yang ada difikiran tersalurkan, menulis juga dapat menghilangkan rasa bosan.
CP: 082333383391
Komentar
Posting Komentar