Sesuap Nasi di Negeri Sendiri
Putra Aufa Alfath
Langkah kaki tanpa seutas tali
Berjalan menapaki hari tanpa henti
Menari dalam lelah yang tak terbantahkan kaki
Demi hanya sebutir intan bernama nasi
Langit hari kian meninggi
Mentari terik menyengat langkah kaki
Keringat bercucuran deras tanpa henti
Hanya untuk dapat sesuap nasi di negeri sendiri
Suara bising kendaraan menemani langkah kaki
Tak lagi digubris segala keluh kesah tangisan hati
Menjerit dalam bayang yang tiada terganti
Demi sesuap nasi yang semakin sulit tuk dicari
Anak menangis menjerit-jerit merobek pelupuk hati
Membawa penyesalan diri kenapa bisa begini?
Tak terkira hidup di negeri sendiri
Bagai perang demi seuntai berlian bernama nasi...
28 April 2017
Sabda Bumi
Putra Aufa Alfath
Angin dingin kelam berderik
Tampak mendung merenungi bumi
Kabut putih menghapus sinar mentari
Seberkas haru larut terbalut kalut dalam takut
Pahatan gunung memecah langit tiada tertuju
Bersama untaian alam untaian sendu
Inilah sabda bumi kepada makhluk-nya
Lewat gemuruh debu iringi bangunan runtuh
Setapak jejak membawa segala pilu
Terlelap habis tak tersisa hilang tanpa nada
Sabda bumi, sabda Sang Pencipta
Masih sombongkah manusia akan kebanggaannya?
Ketika bumi telah keluarkan amarah dalam dadanya
Ketika waktu tak lagi beranjak
Memecah segala sunyi, hempaskan segala hening
Inilah sabda bumi kepada makhluknya
Yang tak kunjung sadar akan segala dosa-dosanya
19 September 2017
Pemuda Pencari Asa
Putra Aufa Alfath
Tapaki jalan gersang tiada bermentari
Melangkahkan kaki walau telah letih
Demi mencari sesuap rezeki yang kian sulit untuk diraih
Menyambung asa tiada terhenti
Ingin menggapai segala mimpi di hati
Oh... pemuda pencari asa di tanah ini
Takkah kau letih akan upayamu yang kian hari kian mencekik?
Para berdasi yang tiada berbelas kasih
Mempersulit segala perjuangan yang sedang kau jalani
Tertolak disana maupun disini
Bagai terbuang ke tanah asing
Sendiri menapaki jalan yang tiada terhenti
Oh... pemuda pencari asa di negeri ini
Tak adakah niatmu untuk berhenti?
Negeri ini hanya melihat mereka yang berpakaian rapi
Takkah kau mengerti negeri ini bagaikan negeri asing di negeri sendiri
Kau telah terbuang meski mimpimu setinggi langit
Mereka takkan peduli akan nasibmu yang sedang melawan takdir
Karena negeri ini bagai negeri asing di negeri sendiri
16 Oktober 2016
Biodata
Penulis adalah seorang pria yang dilahirkan di Jakarta tanggal 16 Desember 1991. Ekha, begitu orang memanggilnya, lengkapnya Eka Saputra Destiawan. Penulis lebih suka di setiap karyanya tertera nama Putra Aufa Alfath. Punya makna tersendiri baginya.
Penulis tinggal di sebuah kota belimbing, lengkapnya Jl. Cagar Alam Gg. Flamboyan 4 No.37 RT. 01 RW. 06, Kel. Pancoranmas, Kec. Pancoranmas, Depok – Jawa Barat. Tapi jika ingin menghubunginya bisa lewat account facebook dengan nama Eka Saputra Destiawan atau email: putraaufa.alfath@gmail.com dan no handphone 08978679383.
Teruslah bergerak karena tubuh dan jiwamu punya hak untuk terus bergerak.
Putra Aufa Alfath
Langkah kaki tanpa seutas tali
Berjalan menapaki hari tanpa henti
Menari dalam lelah yang tak terbantahkan kaki
Demi hanya sebutir intan bernama nasi
Langit hari kian meninggi
Mentari terik menyengat langkah kaki
Keringat bercucuran deras tanpa henti
Hanya untuk dapat sesuap nasi di negeri sendiri
Suara bising kendaraan menemani langkah kaki
Tak lagi digubris segala keluh kesah tangisan hati
Menjerit dalam bayang yang tiada terganti
Demi sesuap nasi yang semakin sulit tuk dicari
Anak menangis menjerit-jerit merobek pelupuk hati
Membawa penyesalan diri kenapa bisa begini?
Tak terkira hidup di negeri sendiri
Bagai perang demi seuntai berlian bernama nasi...
28 April 2017
Sabda Bumi
Putra Aufa Alfath
Angin dingin kelam berderik
Tampak mendung merenungi bumi
Kabut putih menghapus sinar mentari
Seberkas haru larut terbalut kalut dalam takut
Pahatan gunung memecah langit tiada tertuju
Bersama untaian alam untaian sendu
Inilah sabda bumi kepada makhluk-nya
Lewat gemuruh debu iringi bangunan runtuh
Setapak jejak membawa segala pilu
Terlelap habis tak tersisa hilang tanpa nada
Sabda bumi, sabda Sang Pencipta
Masih sombongkah manusia akan kebanggaannya?
Ketika bumi telah keluarkan amarah dalam dadanya
Ketika waktu tak lagi beranjak
Memecah segala sunyi, hempaskan segala hening
Inilah sabda bumi kepada makhluknya
Yang tak kunjung sadar akan segala dosa-dosanya
19 September 2017
Pemuda Pencari Asa
Putra Aufa Alfath
Tapaki jalan gersang tiada bermentari
Melangkahkan kaki walau telah letih
Demi mencari sesuap rezeki yang kian sulit untuk diraih
Menyambung asa tiada terhenti
Ingin menggapai segala mimpi di hati
Oh... pemuda pencari asa di tanah ini
Takkah kau letih akan upayamu yang kian hari kian mencekik?
Para berdasi yang tiada berbelas kasih
Mempersulit segala perjuangan yang sedang kau jalani
Tertolak disana maupun disini
Bagai terbuang ke tanah asing
Sendiri menapaki jalan yang tiada terhenti
Oh... pemuda pencari asa di negeri ini
Tak adakah niatmu untuk berhenti?
Negeri ini hanya melihat mereka yang berpakaian rapi
Takkah kau mengerti negeri ini bagaikan negeri asing di negeri sendiri
Kau telah terbuang meski mimpimu setinggi langit
Mereka takkan peduli akan nasibmu yang sedang melawan takdir
Karena negeri ini bagai negeri asing di negeri sendiri
16 Oktober 2016
Biodata
Penulis adalah seorang pria yang dilahirkan di Jakarta tanggal 16 Desember 1991. Ekha, begitu orang memanggilnya, lengkapnya Eka Saputra Destiawan. Penulis lebih suka di setiap karyanya tertera nama Putra Aufa Alfath. Punya makna tersendiri baginya.
Teruslah bergerak karena tubuh dan jiwamu punya hak untuk terus bergerak.
Komentar
Posting Komentar