Restu Amalia
Keheningan kini menderaku
Merasuk menembus relung kalbu
Mengusik lamunan pada malam yang bisu
Semakin kuat ditemani temaram cahaya lampu
Redup senyap seperti tanpa suara
Namun gemuruh runtuh pada rasa yang tiada dapat berbicara
Getar jiwa bagai terkena gempa
Berbisik merajuk mengharap jumpa
Pada sesosok yang kini jauh dari pandangan
Berharap angin menyampaikan sebuah pesan
Sepercik rindu yang kini kurasakan
Harap dapat engkau rasakan
Tetesan bening terurai tanpa sengaja
Mewakili perasaan yang membuncah tiada terkira
Namun apa hendak dikata
Jiwa kita masih bersatu jua
Pada malam yang kini menertawakanku
Juga rindu yang semakin memburu
Hanya dapat aku balas dengan sendu
Dengan sebuah senyuman yang kuharap tak palsu
Purwokerto, 18 April 2018
Hujan di Malam Hari
Restu Amalia
Derai rintik semakin jelas terdengar
Kala sunyi menghapus hingar bingar
Mendekap penuh hingga membuat hati bergetar
Ikut merasa dan lamunan pun tersadar
Gemericik air terdengar bersahutan
Memecah malam yang seakan tak berkehidupan
Sepi senyap seakan kuat berteman
Ditambah semilir angin yang menambah kedinginan
Embun tercipta dari tetesan-tetesanmu
Bersarang anggun di balik jendela yang bisu
Sepasang mata sedang asyik tercuri pandang olehmu
Kian jelas dengan senyum yang seakan palsu
Rintikmu kini mulai terdengar lemah
Seiring suara jarum jam yang mencuri celah
Namun tatapan itu tak pernah lelah
Menatapmu diam dalam rasa yang membuncah
Rasa yang berkecamuk seiring malam yang kian larut
Bergelut indah bersama sesal yang semakin kalut
Cita yang hampir dikail paut
Namun tergeser pada perkara yang semakin mengejut
Berharap pelangi mengiringi
Pada hujan yang turun di malam hari
Apa daya itu pasti tak terjadi
Hanya tegar yang mampu membesarkan hati
Purwokerto, 19 April 2018
Tentang Rindu
Restu Amalia
Hening malam telah menyapa
Ditambah gemericik hujan yang tiada reda
Mengapa menjadi suatu perpaduan yang sempurna
Hingga rindu datang menjelma
Adakah istimewa suasana malam
Hingga hujan turun tiada teredam
Begitupun rindu yang datang semakin menghujam
Tanpa memberi kabar juga tanpa salam
Rindu semakin terjebak mengisi seluruh ruangan
Hingga tiada menyisakan celah kekosongan
Gemetar jiwa semakin tak tertahankan
Seiring derasnya air hujan
Ingin daku berteriak menghentikan
Agar rindu ini sedikit teredakan
Namun daya tiada terkuasan
Petir menyambar memunculkan beribu kenangan
Kenangan datang bagai melodi yang berputar
Berganti dengan pasti dalam irama yang menjalar
Namun rindu tetap saja enggan tersamar
Meski berkali-kali aku mencoba menghindar
Dalam malam yang kini menyisakan sepi
Juga hujan yang turun tanpa henti
Daku mencoba menghibur diri
Menikmati waktu dalam rindu yang tiada bertepi
Hanya sabar yang selalu aku kuatkan
Pada waktu yang akan menentukan
Kapan hujan akan teredakan
Juga rindu yang tak kunjung bepergian
Purwokerto, 19 April 2018
Biodata Narasi :
Restu Amalia lahir di Batang, 26 Agustus 1999. Berasal dari Desa Sidorejo, Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang. Memiliki hobi membaca sejak di bangku SD. Tanpa sengaja tertarik dengan dunia tulis menulis saat SMA. Saat ini sedang menempuh studi biologi di salah satu perguruan tinggi negri. Alamat email yang bisa dihubungi yaitu restuamly26@gmail.com atau facebook dengan nama Rerestu Amalya atau nomor kontak 081390024974.
Komentar
Posting Komentar