Langsung ke konten utama

Puisi-Puisi Yusrotul Rusda;Seduhan Alam

Tetap pada-Nya

Kuteguk kepahitan dalam diamku
Kubiarkan hatiku lega
Hanya nama-Nya yang bisa kusebut
Bibir terkunci saat fikir ingin menguji
Hati tersentak saat kaki ingin merangkak
Perih... tapi ku coba ikhlas
Dalam rintik hujan ku bertasbih
Memuji-Nya dengan bacaan seadanya
Meminta-Nya dengan daftar yang tertera

Andaikan ada pun aku tak mampu
Bahkan langit dan daun menghempaskanku tuk jauh
Kuadukan lagi pada-Nya
Kurayu lagi Dia
Kusebut sebuah nama, tapi tetap Dia yang memilihnya
Pencarian cintaku tetap ku tajamkan
Hanya Ia yang kuharap
Karena Dia adalah sang pemilik cinta sesungguhnya.


Broke

Desiran hati menghempas benteng pertahananku
Bisu, ku hanya bisa membisu
Mulut terjahit tapi hati tercabik
Pikirku melayang tak karuan
Sikap pasrah ku terang-terangkan
Ingin kuluapkan tapi tetap saja diam

Ternyata
Penusuk, pembajak, plagiat
Semua sama
Menghadang berjajar-jajar
Mengalir seperti derasan air
Tak cukup diam,
Malahan terpaan hujan yang menerkam
Tunduk, melihat jejak kaki yang berjatuhan
Menahan pilu tertutup senyuman.


Seduhan Alam

Pagi tak datang hanya untuk menyambut fajar
Siang tak hadir hanya untuk menyinari alam
Sore tak padam hanya karena tertinggal senja
Malam pun dengan hamparnya memenuhi cakrawala

Langit yang menawan
Sebagai wadah bintang-bintang yang rupawan
Bulan pun dengan manisnya tersenyum
Pada setiap insan yang terkagum
Sayupan angin malam
Terasa kuat dan tajam merenggas tulang
Tapakan kaki terdengar mendayu-dayu
Lontaran kata-kata menerobos kedalam rungu


Biodata Penulis

Nama saya Yusrotul Rusda, saya berusia 17 tahun, bersekolah di SMA 2 Kudus kelas XII. Hobi saya  berkutik dalam bidang eksak dan Motto dalam hidup saya adalah "Janganlah kamu menyerah dan pasrah pada keadaan, hingga akhirnya Tuhan berkata "saatnya kamu berhenti."



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-Puisi Fatimatus Sya'diah;Bagiku Kamu

Antara Ada Dan Tiada Penulis: Fatimatus sya'diah Sejenak garis tipis itu mulai membentuk, Menyeringai tanpa mengerti Mungkin sebab tak lagi mau dicari, Berhenti mencaci tentang rasanya yang tak diyakini. Memilah gengsi dari rangkaian rasa dihati Untuk keberanian yang kau cipta dalam untaian kata, Yang kucerca dgn kata tanpa terduga Untuk perhatian yang kau tuang dalam secangkir kopi, Yang membuatku seketika merasa percaya akan hati Untuk tawa pengertian yang kau sajikan dalam ketenangan Yang membuatku k esal akan tatapan Untuk rela menjadi telinga dalam tiap suara, Yang seketika hadirkan rasa yang tiada dalam kamus rasa Terima kasih, Untuk rasa yang tak pernah terbaca walau selalu dirasa Pekanbaru, 28 April 2018 Sama Dengan Payah Penulis: Fatimatus sya’diah Ketika kata menjadi fatamorgana Hilang dalam rasa Ingin sampaikan makna namun samar dalam oase lara Masih sama dalam asa Meski memudar dalam raga Masih dengan gerutu sang pendusta Walau t...

Puisi-Puisi Nasywa Fauzia Zahro;Dunia

Ulangi Kesalahanmu Karya : Nasywa Fauzia Zahro Ulangi Kesalahanmu... Supaya kami selalu berhati-hati Berusaha rajin, gigih, dan berani Untuk menyempurnakan kekurangan diri Membangun sosial ekonomi yang kokoh dan mandiri Kami tak mengharap pertolonganmu Yang ada udangnya di balik batu Ulangi kesalahanmu... Supaya kami senantiasa mencari-cari Ilmu dan pengalaman Tak lama lagi Kamilah pencipta keajaiban Ilmu dan teknologi Kami tak menginginkan bantuanmu Ulangi kesalahanmu... Sembunyikan penemuanmu Kini kami telah bersedia menandingimu Wahai yang merasa berkuasa besar Yang kerdil perikemanusiaan Tulungagung, 29 April 2018 Takdir Karya : Nasywa Fauzia Zahro Coba kau renungkan Puing-puing penderitaan hidup Sebuah persinggahan sementara Mengajar kita arti ketabahan Coba kau teliti Jeritan tangisan hati Jangan disenandungkan lagi Karena kesedihan itu Tak akan mengubah Nasib perjalanan waktu Coba kau baca Secebis iman di dada Adalah pertaruhan yang nya...

Puisi-Puisi Hanifa;Surat Untuk Pahlawan

“Sepotong episode kenangan” Penulis Hanifa Di bangku sekolah itu ada sepotong kenangan Yang tak akan pernah ku lupakan Di situ ada cerita aku dan kau Di temani lirihnya perjuangan Menjajaki getirnya asa menggapai cita Detik-detik yang terlalui begitu terasa cepat Di penghujung masa seragam abu-abu ku Aku tak tau dan tak mau memaknai apa yang kurasa Semua terasa sakit untuk berpisah Ada sebuah kata kenyamanan saat bercanda tawa dengan mu Tapi kenyataannya waktu itu akan pergi Saat malam menjemput senja Tuhan.. Aku jatuh cinta…. Pada saat sisa-sisa kenangan masa seragam abu-abuku Tapi? Aku hanya bisa memendam cinta ini Tanpa seorang pun tau,kecuali Engkau.. Bahkan aku pun tak membiarkan burung yang sering menyapaku tak ingin aku dia tau.. Bahwa aku sedang jatuh cinta padanya… Salahkah aku jatuh cinta? Salahkah aku yang memendam rasa? Berdosakah bila rasa ini aku ungkapkan dahulu? Sedangkan saat  ini aku berjuang untuk menepis rasa ini Wahai Rabb…aku tidak i...