Langsung ke konten utama

Puisi-Puisi S. Muchlisin A;Senja Merindu

Senja Merindu
(S. Muchlisin A.)

Riak gelombang rinduku menggelora
Menghempas kejenuhan bersemat kesepian
Teringat wajahmu diujung aurora senja
Swnyummu berkaca di hamparan lautan

Hai Indah,
Apa kabarmu sayang,
Kuharap kau menantiku ditepi lautan
Tapi jangan nekad untuk berenang

Kita bisa bertemu dan melepas rindu
Andai tak terhalang sekat jarak dan waktu


Palembang, 01 Mei 2018



Pergilah Puan !
(S. Muchlisin A.)

Rajam duri menyayat jantung hati
Perih merintih dalam hati
Kau Puan tak berbelas kasih
Jiwa menjerit sedih lirih

Puanku telah beralih kasih
Lari memboyong semua cintanya
Tinggalkan diri ini yang merintih
Memang Puan tak lagi punya hati

Andai Puan mengerti apa itu kasih
Puan kan setia hingga dunia berganti
Membungkusnya dengan kain suci
Menyayanginya tanpa pamrih

Tapi kini sudahlah,
Pergilah Puan !
Jangan takut aku menangis
Semua kisahmu dihati telah ku iris

Palembang, 01 Mei 2018



Istana Para Penguasa
(S. Muchlisin A.)

Asa nara berjibaku di pundak yang ragu
Bertarung melawan kerasnya penguasa
Tekad yang terbalut gelora
Berjalan meninggalkan semua gundah

Takkan bisa berharap pada sang raja
Karena perdana menteri telah berkuasa
Kini rakyat hanya bisa menggenggam sengsara
Yang di lempar para penyamun negara

Negeriku yang kaya, negeriku yang jaya
Kini semua telah berubah
Negeriku menjadi sebuah istana
Istana hanya untuk para penguasa

Palembang, 01 Mei 2018


Biodata Penulis


Perkenalkan, nama saya S. Muchlisin A.  Lahir pada tanggal 29 Juli 1995 di Kota Palembang dan kini berusia 22 tahun. Saya mulai menyukai dunia literasi sejak 5 tahun silam, walau sempat lama vakum di karenakan kesibukan kerja.  Bertempat tinggal di Jl. Inspektur Marzuki, Kel. Siring Agung, Kec. Ilir Barat 1, RT. 01. RW. 06 Pakjo Palembang 30138. Nomor telepon yang bisa dihubungi 081278982895. Terima kasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-Puisi Fatimatus Sya'diah;Bagiku Kamu

Antara Ada Dan Tiada Penulis: Fatimatus sya'diah Sejenak garis tipis itu mulai membentuk, Menyeringai tanpa mengerti Mungkin sebab tak lagi mau dicari, Berhenti mencaci tentang rasanya yang tak diyakini. Memilah gengsi dari rangkaian rasa dihati Untuk keberanian yang kau cipta dalam untaian kata, Yang kucerca dgn kata tanpa terduga Untuk perhatian yang kau tuang dalam secangkir kopi, Yang membuatku seketika merasa percaya akan hati Untuk tawa pengertian yang kau sajikan dalam ketenangan Yang membuatku k esal akan tatapan Untuk rela menjadi telinga dalam tiap suara, Yang seketika hadirkan rasa yang tiada dalam kamus rasa Terima kasih, Untuk rasa yang tak pernah terbaca walau selalu dirasa Pekanbaru, 28 April 2018 Sama Dengan Payah Penulis: Fatimatus sya’diah Ketika kata menjadi fatamorgana Hilang dalam rasa Ingin sampaikan makna namun samar dalam oase lara Masih sama dalam asa Meski memudar dalam raga Masih dengan gerutu sang pendusta Walau t...

Puisi-Puisi Nasywa Fauzia Zahro;Dunia

Ulangi Kesalahanmu Karya : Nasywa Fauzia Zahro Ulangi Kesalahanmu... Supaya kami selalu berhati-hati Berusaha rajin, gigih, dan berani Untuk menyempurnakan kekurangan diri Membangun sosial ekonomi yang kokoh dan mandiri Kami tak mengharap pertolonganmu Yang ada udangnya di balik batu Ulangi kesalahanmu... Supaya kami senantiasa mencari-cari Ilmu dan pengalaman Tak lama lagi Kamilah pencipta keajaiban Ilmu dan teknologi Kami tak menginginkan bantuanmu Ulangi kesalahanmu... Sembunyikan penemuanmu Kini kami telah bersedia menandingimu Wahai yang merasa berkuasa besar Yang kerdil perikemanusiaan Tulungagung, 29 April 2018 Takdir Karya : Nasywa Fauzia Zahro Coba kau renungkan Puing-puing penderitaan hidup Sebuah persinggahan sementara Mengajar kita arti ketabahan Coba kau teliti Jeritan tangisan hati Jangan disenandungkan lagi Karena kesedihan itu Tak akan mengubah Nasib perjalanan waktu Coba kau baca Secebis iman di dada Adalah pertaruhan yang nya...

Puisi-Puisi Hanifa;Surat Untuk Pahlawan

“Sepotong episode kenangan” Penulis Hanifa Di bangku sekolah itu ada sepotong kenangan Yang tak akan pernah ku lupakan Di situ ada cerita aku dan kau Di temani lirihnya perjuangan Menjajaki getirnya asa menggapai cita Detik-detik yang terlalui begitu terasa cepat Di penghujung masa seragam abu-abu ku Aku tak tau dan tak mau memaknai apa yang kurasa Semua terasa sakit untuk berpisah Ada sebuah kata kenyamanan saat bercanda tawa dengan mu Tapi kenyataannya waktu itu akan pergi Saat malam menjemput senja Tuhan.. Aku jatuh cinta…. Pada saat sisa-sisa kenangan masa seragam abu-abuku Tapi? Aku hanya bisa memendam cinta ini Tanpa seorang pun tau,kecuali Engkau.. Bahkan aku pun tak membiarkan burung yang sering menyapaku tak ingin aku dia tau.. Bahwa aku sedang jatuh cinta padanya… Salahkah aku jatuh cinta? Salahkah aku yang memendam rasa? Berdosakah bila rasa ini aku ungkapkan dahulu? Sedangkan saat  ini aku berjuang untuk menepis rasa ini Wahai Rabb…aku tidak i...