Langsung ke konten utama

Puisi-Puisi Salsabilah Hani Thalib;Tanahku Yang Layak ?

Selendang Tua
(Salsabilah Hani Thalib)

Bak fatamorgana di padang pasir
Merangkak di bawah terik di pesisir
Melabuh di tanah kejayaan
Mencari dan wujudkan harapan
Namun apakah yang kau dapatkan ?
Apakah cinta perhatian dan kepedulian ?
Kau dilihat di pandang namun dilupakan
Itukah mereka masyarakat Pancasila
Moral dan kepedulian, seakan terhanyut dalam liukan air tanah
Bak daun gugur yang terkubur dan pasrah
Lenyap, musnah, dan binasa
Ibu pertiwi, dimanakah hati anak asuhmu ?
Dimanakah harta warisan pejuang negeri ?
Pejuang bermartabat tinggi, berendah hati
Rotasi bumi seakan beraksi
Bukan rotasi yang dinanti nanti
Bak menanam kelapa di pantai
Tumbuhnya, duri yang menyakiti
Namun ...
Di tanah kejayaan, kulihat sosok pemuda
Yang mempedulikanmu, seakan dia adalah puteramu
Tak peduli kasta, jabatan, juga tingkatan pendidikan
Tak peduli pekatnya kulitmu
Lusuh, dan kumalnya busanamu
Dan noda dalam selendang tuamu
Karena dia tau
Kau adalah bagian dari keluarganya
Dalam satu asuhan Ibu pertiwi
Aku berteriak padamu....
Hai pertiwi !
Kutemukan puteramu
Kutemukan pemudamu
Malang, 1 Mei 2018

Tanahku yang layak ?
(Salsabilah Hani Thalib)

Jambul surya meniup jiwa tuk berjuang
Senjang kata ayah tak akan hilang
Tentang mereka yang di ambang kehancuran
Hanya demi sebiji kopi kering jua sekepal beras di tangan
Tentang seorang renta yang menderita di tanahnya sendiri
Hanya karena tuduhan mereka tikus tikus licik
Puak puak menyergak tuk derita di pelupuk
Menolak benar mana prioritas sang pemimpin
Mengobral bualan tuk merebut hati
Hanya bualan janji sepat tanpa realisasi
Meringkus waktu hingga akhirnya terbukti
Di balik jeruji nyatanya tempatmu kini
Berkhianat, berapa hati yang kau lukai ?
Berapa harapan juang terputus untuk hidup ?
Jika kau tau betapa sedihnya mereka para pejuang
Ketika mereka tau rupa ibu pertiwi kala ini
Dan untuk darah juang mereka yang dipertaruhkan
Inikah yang kau hadiahkan pada mereka ?
Pantaskah deru air mata engkau tuangkan ?
Menderu habis tak lagi ada
Sesulit itukah adilmu ?
Berikan kami sedikit saja pengayoman
Beri juga secuil saja rasa hidup di tanah sendiri
Penghidupan layaknya negara tercinta
Jangan biarkan kami merasa asing di negeri sendiri
Kumohon ...

Malang, 23 April 2018


Keluh Hamba
(Salsabilah Hani Thalib)

Hidup selalu buta juga hina dalam pengorbanannya
Hiruk Pikuk kebisingan yang ada

Aku mencari jiwaku
Anggukkan tuk lepaskan kebisingan
Andai dunia tak sehina ini, apa aku tetap akan pergi ?

Menghilang dan temukan antenaku
Memeluk dan menyatukan diri dengan pujian syahdu

Berdialog tanpa bicara
Bertatap tanpa melihat
Bersujud melepas beban
Berdoa mengadu cinta juga karunia, Wahai Kekasihku

Kini kuyakin, kita bersua selamanya...


Malang, 26 April 2018


Biodata Penulis

Nama : Salsabilah Hani Thalib
Umur : 15 Tahun
Tempat, tanggal lahir : Malang, 25 Mei 2002
Kelas : 10 Bahasa
Sekolah : SMA Negeri 5 Malang
Alamat : JL. Yulius Usman VI No. 398 Kelurahan Kasin,
Kecamatan Klojen, Malang, Jawa Timur, Indonesia
          Prestasi : Juara 2 FLS2N Tingkat Kota Malang 2016



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-Puisi Fatimatus Sya'diah;Bagiku Kamu

Antara Ada Dan Tiada Penulis: Fatimatus sya'diah Sejenak garis tipis itu mulai membentuk, Menyeringai tanpa mengerti Mungkin sebab tak lagi mau dicari, Berhenti mencaci tentang rasanya yang tak diyakini. Memilah gengsi dari rangkaian rasa dihati Untuk keberanian yang kau cipta dalam untaian kata, Yang kucerca dgn kata tanpa terduga Untuk perhatian yang kau tuang dalam secangkir kopi, Yang membuatku seketika merasa percaya akan hati Untuk tawa pengertian yang kau sajikan dalam ketenangan Yang membuatku k esal akan tatapan Untuk rela menjadi telinga dalam tiap suara, Yang seketika hadirkan rasa yang tiada dalam kamus rasa Terima kasih, Untuk rasa yang tak pernah terbaca walau selalu dirasa Pekanbaru, 28 April 2018 Sama Dengan Payah Penulis: Fatimatus sya’diah Ketika kata menjadi fatamorgana Hilang dalam rasa Ingin sampaikan makna namun samar dalam oase lara Masih sama dalam asa Meski memudar dalam raga Masih dengan gerutu sang pendusta Walau t...

Puisi-Puisi Nasywa Fauzia Zahro;Dunia

Ulangi Kesalahanmu Karya : Nasywa Fauzia Zahro Ulangi Kesalahanmu... Supaya kami selalu berhati-hati Berusaha rajin, gigih, dan berani Untuk menyempurnakan kekurangan diri Membangun sosial ekonomi yang kokoh dan mandiri Kami tak mengharap pertolonganmu Yang ada udangnya di balik batu Ulangi kesalahanmu... Supaya kami senantiasa mencari-cari Ilmu dan pengalaman Tak lama lagi Kamilah pencipta keajaiban Ilmu dan teknologi Kami tak menginginkan bantuanmu Ulangi kesalahanmu... Sembunyikan penemuanmu Kini kami telah bersedia menandingimu Wahai yang merasa berkuasa besar Yang kerdil perikemanusiaan Tulungagung, 29 April 2018 Takdir Karya : Nasywa Fauzia Zahro Coba kau renungkan Puing-puing penderitaan hidup Sebuah persinggahan sementara Mengajar kita arti ketabahan Coba kau teliti Jeritan tangisan hati Jangan disenandungkan lagi Karena kesedihan itu Tak akan mengubah Nasib perjalanan waktu Coba kau baca Secebis iman di dada Adalah pertaruhan yang nya...

Puisi-Puisi Hanifa;Surat Untuk Pahlawan

“Sepotong episode kenangan” Penulis Hanifa Di bangku sekolah itu ada sepotong kenangan Yang tak akan pernah ku lupakan Di situ ada cerita aku dan kau Di temani lirihnya perjuangan Menjajaki getirnya asa menggapai cita Detik-detik yang terlalui begitu terasa cepat Di penghujung masa seragam abu-abu ku Aku tak tau dan tak mau memaknai apa yang kurasa Semua terasa sakit untuk berpisah Ada sebuah kata kenyamanan saat bercanda tawa dengan mu Tapi kenyataannya waktu itu akan pergi Saat malam menjemput senja Tuhan.. Aku jatuh cinta…. Pada saat sisa-sisa kenangan masa seragam abu-abuku Tapi? Aku hanya bisa memendam cinta ini Tanpa seorang pun tau,kecuali Engkau.. Bahkan aku pun tak membiarkan burung yang sering menyapaku tak ingin aku dia tau.. Bahwa aku sedang jatuh cinta padanya… Salahkah aku jatuh cinta? Salahkah aku yang memendam rasa? Berdosakah bila rasa ini aku ungkapkan dahulu? Sedangkan saat  ini aku berjuang untuk menepis rasa ini Wahai Rabb…aku tidak i...